TEMPO.CO, Bandung - Gempa susulan di Mamberamo, Papua, hingga Selasa, 25 Juni 2019, tembus sampai seratus kali. Gempa utamanya terjadi Senin pukul 08.05 bermagnitudo 6,1.
Baca juga: Gempa Kuat Mengguncang Mamberamo Raya
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa susulan kebanyakan bermagnitudo kisaran 3-4. Sesekali bisa sampai bermagnitudo 5 dan paling lemah bermagnitudo 2. Beberapa kejadian gempa susulan itu dirasakan warga, skala magnitudonya berkisar 4,4 hingga 5,1.
Menurut Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, banyaknya gempa susulan Mamberamo itu karena sumber gempanya dangkal. “Gempa dangkal itu batuannya heterogen dan rapuh,” katanya, Selasa, 25 Juni 2019.
Episenter gempa Mamberamo, Senin lalu, terletak pada koordinat 2,67 LS dan 138,76 BT tepatnya di darat pada jarak 85 km arah tenggara Kota Burmeso, Kabupaten Memberamo Raya pada kedalaman 10 km. Gempa Mamberamo telah menimbulkan guncangan kuat di Sarmi, Jayapura dan di Wamena.
Berdasarkan lokasi episenter, kedalaman, dan mekanisme sumber gempa yang berupa kombinasi sesar dengan pergerakan naik dan mendatar (oblique thrust), maka gempa yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang diduga kuat akibat aktivitas Sesar Anjak Mamberamo (Mamberamo thrust).
Berbeda kondisinya dengan gempa kuat lain yang terjadi Senin di Laut Banda. Menurut Daryono, gempa susulannya sedikit yaitu empat kali. Padahal Gempa Laut Banda menimbulkan guncangan dalam spektrum wilayah yang luas. “Hingga Denpasar, Bima, Manokwari, Wamena, bahkan sampai Kota Darwin di Australia,” katanya.
Gempa Laut Banda yang bermagnitudo 7,3 pada pukul 09.53 WIB diikuti oleh serangkaian gempa susulan (aftershocks). BMKG mencatat lima kali gempa susulan. Gempa susulan di Mamberamo Raya dan Laut Banda menunjukkan tren magnitudo yang terus mengecil. “Gempa dalam itu batuannya solid dan homogen, setelah pecah langsung lepas,” ujar Daryono.