Persyaratannya njelimet: ketinggian 900 meter di atas permukaan laut, stok pakan alam, minim kompetitor hingga keberlangsungan masa depan.
“Karena BOS Samboja memiliki 140 orangutan lain yang siap dilepasliarkan,” katanya.
Kehje Sewen contoh ideal hutan bagi populasi orangutan. Hutan ini dulunya untuk pemanfaatan hutan (HPH), sebelum diambil alih Yayasan BOS.
Selama tujuh tahun ini, orangutan mampu beradaptasi dengan baik. Bahkan kurun waktu itu, terjadi kelahiran alamiah empat individu orangutan di Kehje Sewen.
Disini, BOS Samboja tidak lantas lepas tangan begitu saja. Ada tim tersendiri yang rutin memantau adaptasi orangutan. Mereka mempergunakan sinyal radio transmiter guna melacak aktifitas jelajah orangutan.
Alat pengirim sinyal ditanam ke tubuh orangutan. Strategi ini terpaksa dilakukan mengantisipasi orangutan sakit ataupun perburuan liar.
“Informasinya juga berguna pengembangan rehabilitasi di masa mendatang,” ungkap Jamartin.
Yayasan BOS mengelola dua lokasi rehabilitasi orangutan di Samboja (Kaltim) dan Nyaru Menteng (Kalteng). BOS Samboja sendiri berdiri sejak 1991 di atas lahan seluas 1.800 hektare.
“Konservasi orangutan Yayasan BOS ada di Samboja dan Nyaru Menteng,” kata Humas BOS Lestari, Nico Hermanu.
Kedua lokasi ini fokus program rehabilitasi orangutan. Secara berkesinambungan menggelar program pelepasliaran di hutan Kalimantan.
“Biaya melatih satu orangutan sebesar Rp 45 juta per tahun sehingga kami memperkerjakan 114 pegawai mengelola seluruh area,” katanya.
Lantaran itu, Yayasan BOS Foundation menggalang dana hibah dari 1.305 lembaga dalam dan luar negeri. Tahun 2018 mampu terkumpul Rp 73 miliar melalui program donasi, adopsi dan donor individu orangutan.
“Dana hibah ini meningkat 41 persen dibandingkan tahun 2017 silam,” tutur Nico.
Bukan hanya itu, BOS Samboja mengelola mandiri fund raising melalui tour trip berbiaya US $50 per orang. Dana ini dianggap program adopsi untuk pelestarian orangutan.
Sementara itu, ancaman populasi orangutan Kalimantan sangat nyata. Maraknya perkebunan kelapa sawit menggerus luasan hutan Kalimantan.
The Nature Conservancy (TNC) Indonesia melansir penurunan drastis populasi orangutan sebesar 25 persen selama 10 tahun terakhir. TNC melakukan riset di 540 desa Kaimantan.
“Dengan memadukan kedua data tersebut, keberadaan dan perubahan jumlah populasi orangutan di seluruh Kalimantan bisa diperkirakan secara lebih akurat,” kata Arif Rifky dari TNC.
TNC memperkirakan populasi orangutan tersisa 2.900 individu di Kaltim. Populasinya terkonsentrasi di Taman Nasional Kutai (TNK), Sangkulirang – Mangkalihat dan Wehea Kelay.
Dua orang perawat menggendong anak orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) berusia 1,5 tahun (depan) dan 11 bulan, di Kawasan Konservasi Orangutan Samboja, Kalimantan Timur. Kedua anak orangutan tersebut diadopsi PT. Bridgestone Tire Indonesia, melalui program CSR 'Ecopia Support Orangutan' hingga siap dilepasliarkan pada usia dewasa. Masih terdapat lebih dari 200 orangutan di kawasan konservasi yang dikelola 'Borneo Orangutan Survival Foundation' tersebut. TEMPO/Praga Utama
TNC mengasumsikan populasi orangutan berdasarkan jumlah sarang dan luas wilayah. Survey pun mempertimbangkan kualitas sarang di Kaltim yang mampu bertahan 600 hari.
“Sehingga estimasinya berdasarkan jumlah sarang, kualitas sarang, kemampuan orangutan membuat sarang dan jumlah anaknya,” papar Arif.
Luas wilayah populasi orangutan Kaltim mencapai 22 ribu kilometer persegi.
Penurunan populasi orangutan akibat penyusutan hutan primer, perburuan liar, kebakaran hutan dan perubahan iklim. Industri perkebunan dan pertambangan pun kerap dituding menjadi faktor penyebab.
Sehubungan itu, Arif menilai perlunya komitmen pengelolaan kepentingan konservasi dan industri secara beriringan. Menurutnya, pemerintah harus menerapkan aturan tegas agar dua kepentingan tersebut mampu berjalan bersama.
“Contohnya, pemerintah tidak memberikan izin di kawasan konservasi. Perusahaan juga tidak melakukan eksploitasi di kawasan yang berbatasan langsung dengan konservasi,” ujarnya.
“Strategi terbaik adalah saat konservasi dan industri mampu berjalan bersama,” imbuhnya.
Selanjutnya: Menjaga Pelestarian Orangutan