TEMPO.CO, Sampit - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah Pos Sampit menyelamatkan satu bayi yang dibuang orangutan. Bayi tanpa induk itu ditemukan seorang pemancing di pinggir Sungai Mentaya, yakni Misran warga Desa Kandan Kecamatan Kota Besi Kabupaten Kotawaringin Timur.
"Bayi orangutan berjenis kelamin jantan, usianya diperkirakan sekitar dua bulan. Kondisinya sehat, gemuk dan tidak ada luka," kata Komandan Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin 13 Juli 2020.
Muriansyah menerima laporan adanya penemuan itu dari seorang kepala sekolah di Desa Camba Kecamatan Kota Besi. Dia segera menghubungi Misran dan mendatangi rumahnya untuk serah terima satwa langka dengan nama latin Pongo pygmaeus tersebut pada Senin pagi.
Misran mengaku menemukan bayi orangutan tersebut saat memancing di pinggir sungai pada 24 Juni lalu. Mengaku merasa kasihan, dia pun membawa pulang orangutan belia tersebut untuk dirawat.
Dia mengetahui satwa tersebut dilindungi dan populasinya semakin sedikit. Dia juga merasa kasihan serta khawatir bayi orangutan itu akan mati jika dibiarkan sehingga dia memutuskan membawanya pulang. "Saya tidak bisa mengurus, apalagi ini masih bayi, takutnya mati," kata Misran saat serah terima dengan BKSDA.
Saat diserahkan, kondisi bayi orangutan tersebut diduga sedang terkena flu. Satwa langka tersebut kemudian dibawa ke kantor KBKSDA Wilayah II di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat untuk diobservasi dan dirawat.
Jika sudah besar dan dinilai mampu bertahan hidup secara mandiri di hutan, orangutan tersebut rencananya akan dilepasliarkan di habitat aslinya yaitu hutan yang masih asli dan belum terjamah oleh manusia.
Belum diketahui mengapa bayi orangutan itu terpisah dari induknya dan bagaimana nasib induknya. Namun menurut Muriansyah, orangutan merupakan satwa yang sangat melindungi anaknya. Biasanya mereka tidak akan meninggalkan anaknya kecuali anaknya sudah bisa mandiri.
Muriansyah berharap induk orangutan tersebut selamat meski sudah terpisah dengan anaknya. Berbagai faktor mengancam populasi orangutan, di antaranya perburuan karena orangutan sering dianggap sebagai hama yang sering merusak tanaman.