TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat lembaga penerbangan dan antariksa Amerika Serikat atau NASA menegaskan kembali komitmen untuk menempatkan wanita pertama di bulan pada 2024. Administrator NASA Jim Bridenstine merujuk putrinya sebagai faktor pendorong ambisinya itu.
"Saya punya anak perempuan berusia 11 tahun. Saya ingin dia melihat dirinya memiliki semua peluang yang saya lihat sendiri ketika besar nanti," ujar Bridenstine dalam acara NASA yang didedikasikan untuk kepemimpinan perempuan, Senin, 26 Agustus 2019, dikutip laman Independent.
Saat ini, hanya ada 12 astronot wanita aktif NASA, kurang dari sepertiga secara keseluruhan. Kekurangan dana dan hambatan ilmiah menimbulkan keraguan tentang apakah NASA akan dapat mengirim siapa pun ke Bulan pada batas waktu yang ditentukan.
Bridenstine memperkirakan proyek bernama Artemis memakan biaya selama lima tahun ke depan mulai dari US$ 20-30 miliar atau setara Rp 284-426 triliun, meskipun dana ini belum dialokasikan. Waktu misi diajukan empat tahun dari 2028, dalam upaya meminimalkan risiko prioritas politik di sekitar perubahan perjalanan ruang angkasa.
"Salah satu tantangan yang kita miliki dalam sejarah adalah risiko politik yang diterima NASA ketika program memiliki periode waktu yang lama," kata Bridenstine.
Posisi Presiden AS Donald Trump pada inisiatif itu saat ini tidak diketahui. Pada Juni lalu, Trump mendesak NASA untuk fokus pada misi yang jauh lebih besar daripada menempatkan wanita di Bulan, seperti pergi ke Mars.
Bridenstine menyoroti dukungan lintas-program dari program tersebut. Anna Eshoo, anggota kongres Demokrat yang distriknya termasuk Pusat Penelitian Ames NASA di Moffett Field, telah menekankan dukungannya untuk program Artemis.
"Saya percaya bahwa Artemis adalah sesuatu yang akan memikat tidak hanya perhatian kita, tapi perhatian siapa pun presiden berikutnya," tutur Eshoo. "Kami siap dan siap, kami akan merayakan wanita pertama yang mendarat di Bulan dalam beberapa tahun."
INDEPENDENT | FOXNEWS