TEMPO.CO, Jakarta - Starliner telah kembali pada Sabtu dinihari, 7 September 2024, waktu Amerika. Investigasi pun akan segera dilakukan NASA menyusul kegagalan kendaraan kapsul luar angkasa milik Boeing itu membuat paripurna misi berawak pertamanya.
Starliner meninggalkan Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada Jumat malam, 6 September 2024, dan mendarat di New Mexico, Amerika Serikat, pada Sabtu diniharinya. Pendaratan itu adalah ujung dari misi astronot Starliner pertama, Crew Flight Test.
Tapi, Starliner kembali dalam kondisi kosong. Kedua awak yang berangkat dengannya pada 5 Juni lalu, Sunita Williams dan Butch Wilmore, tetap tinggal di ISS. NASA melarang keduanya ikut pulang karena adanya masalah pada sistem kontrol reaksi pada mesin roket Starliner yang muncul setelah peluncuran.
NASA tak ingin mengambil risiko untuk kedua astronotnya itu. Williams dan Wilmore telah diputuskan untuk pulang bareng misi Crew-9 bersama kapsul Crew Dragon milik Space-X pada Februari 2025 mendatang. Misi Crew-9 dijadwalkan baru akan meluncur menuju ISS pada 24 September mendatang.
Bagaimana Kelanjutan Program Starliner?
NASA menugaskan SpaceX dan Boeing pada 2014 lalu untuk misi mengirim astronot ke dan dari ISS. SpaceX, berbekal pengalamannya dengan spacecraft Space Dragon sukses menerbangkan misi uji coba tanpa awak ke ISS pada 2019. SpaceX langsung dinyatakan memenuhi seluruh metriks yang ditetapkan dan memungkinkan perusahaan yang dipimpin Elon Musk itu debut penerbangan uji coba dengan astronot pada tahun berikutnya.
Penerbangan itu kembali dinyatakan sukses dan SpaceX dengan cepat melangkah ke misi operasional astronot NASA ke ISS. Peluncuran pada 24 September nanti adalah misinya yang kesembilan (Crew-9).
Starliner, sebuah desain yang benar-benar baru dari Boeing, harus melakukan beberapa penyesuaian sebelum sampai ke misi pertama uji terbang tanpa awak pada Desember 2019 lalu. Penerbangan saat itu gagal sampai ke ISS karena software yang mati mendadak.
Kapsul Starliner berhasil sampai ke ISS pada percobaannya yang kedua pada Mei 2022, tapi masih ada masalah dengan sistem propulsinya selama penerbangan.
Uji coba misi dengan awak pada 5 Juni lalu pun sayangnya masih belum mulus. Selain malfungsi pada mesin roket, ada juga isu kebocoran helium. Dari seharusnya hanya sekitar 10 hari di ISS, misi itu pun akhirnya molor sampai tiga bulan karena NASA harus menganalisis masalah yang muncul tersebut dan apa yang harus dilakukan. Dugaannya, problem di Starliner terhubung dengan kondisi overheating.
Boeing Starliner berlabuh di Stasiun Luar Angkasa Internasional selama Uji Terbang Awak pada tahun 2024. Foto: NASA
NASA dan Boeing sebenarnya berharap uji coba misi berawak itu akan segera mengantar ke misi astronot ke ISS pertama bersama Starliner. Misi itu, dinamai Starliner-1, telah ditarget Agustus 2025. Tapi, dengan kembalinya Starliner kosongan pada Sabtu lalu, terlalu dini untuk bisa memastikan apakah target itu bisa dicapai.
"Saya kira kita akan melihat lagi posisi kita ada di mana sebulan atau lebih ke depan, dan memikirkan ulang target keseluruhan," kata Steve Stich, Manajer Program Kru Komersial NASA, usai pendaratan Starliner Sabtu lalu.
Bisa jadi NASA menetapkan sekali lagi misi uji coba sebelum Starliner disertifikasi untuk misi operasional astronot. Tapi, Stich juga masih enggan memastikan kapan penerbangan yang berikutnya akan dilakukan. Dia menyatakan yang harus dilakukan saat ini adalah melihat kembali seluruh data.
"Kami sadari ada beberapa hal yang harus kami kerjakan saat ini. Dan kami akan memperbaiki itu semua dulu lalu akan terbang kapanpun kami siap," tuturnya.
Stich menunjuk kepada isu pada mesin roket yang terlalu panas dan upaya mitigasinya. Secara paralel mengkaji pula perubahan-perubahan pada software-nya. Tim juga disebutnya akan menginvestigasi kemungkinan mengganti thermal blanket yang digunakan saat ini untuk membantu mesin roket lebih dingin.
Namun, di antara problem yang masih terjadi tersebut, Stich juga menekankan banyak hal positif dari uji coba misi berawak Starliner. Dia menilai performa yang sangat baik saat kapsul itu memasuki atmosfer Bumi hingga mendarat. Menurutnya, Boeing sudah mampu memenuhi 85-90 persen dari tujuan misi.
Joel Montalbano dari Direktorat Misi Operasi Luar Angkasa NASA juga memberi penekanan yang sama. "Jangan lupa, ini masih misi uji coba kan? Kita memang masih belajar di fase ini," katanya dalam konferensi pers yang sama dengan Stich.
SPACE
Pilihan Editor: Hujan Deras Bantu Padamkan Kebakaran Hutan Gunung Tangkuban Parahu