Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Walhi: Ada Bayi Meninggal karena Kabut Asap, Pemerintah Lamban

image-gnews
Warga beraktivitas mengenakan masker medis ketika kabut asap Karhutla menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Minggu, 15 September 2019. Dinas Kesehatan setempat menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi aktivitas diluar ruangan. ANTARA
Warga beraktivitas mengenakan masker medis ketika kabut asap Karhutla menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Minggu, 15 September 2019. Dinas Kesehatan setempat menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi aktivitas diluar ruangan. ANTARA
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nasional Halisa Halid menilai pemerintah lambat merespon kasus kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Kalimantan dan Sumatera.

"Negara responnya sangat lambat, korban berjatuhan, ada bayi berumur empat bulan meninggal, ini membuat kita syok, seakan-akan negara lambat," ujar Halisa di Kantor Walhi, Jakarta Selatan, Senin, 16 September 2019.

Atas terlambatnya respon pemerintah terdapat kasus asap tersebut. Walhi dan berbagai organisasi masyarakat sipil lainnya mengirimkan surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo atau Jokowi, khususnya kepada Kementerian KLHK, atau lembaga yang diperintahkan untuk menangani kebakaran ini seperti Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Dalam surat tersebut ditulis bahwa sepanjang 2019 hingga 7 September, setidaknya tercatat 19.000 lebih titik api. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 15 September 2019, terdapat 2.862 titik api dengan total luas lahan yang terbakar 328.724 hektare.

"Ada beberapa desakan, mulai dari desakan dalam konteks tanggap darurat, juga terkait persoalan perizinan yang menjadi akar masalah yang tidak bisa dipulihkan," kata Halisa.

Menurut Halisa, peristiwa mungkin tidak terjadi kalau saja presiden mematuhi putusan Mahkamah Agung (MA) yang menyatakan pemerintah atau negara bersalah. Saat itu dalam gugatan citizen law suit (CLS) atau gugatan warga negara dalam kasus kebakaran hutan di Kalimantan Tengah pada 2015.

Bukannya mematuhi atau menjalankan putusan MA, kata Halisa, negara justru lebih memilih mengajukan peninjauan kembali (PK) terhadap putusan tersebut. "Ini buat kami sangat ironi karena putusan MA sesungguhnya dalam kerangka untuk menjamin kehidupan keselamatan warga negara. Dan bagian upaya pencegahan agar tidak terjadi lagi," tutur Halisa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nisa Anisa dari Solidaritas Perempuan memiliki pendapat yang sama bahwa pemerintah merespon kasus asap cukup lambat. Menurutnya, banyak korban akibat dari bencana ini, penyakit ispa dan muntaber juga dialami oleh perempuan dan anak-anak di sana.

Bahkan, kata Nisa, ada 20 perempuan hamil di Desa Hanjat Maju Kecamatan Kahayang Hilir Kabupaten Pulang Pisau, Mereka dalam keadaan hamil dan sulit akses keluar. Mereka berada di desa terpencil yang sulit mengakses kota dan tidak memiliki informasi apapun tentang apa yang harus mereka lakukan.

"Desa yang kita soroti memang desa yang tidak ada puskesmas, fasilitas kesehatan dan masih banyak masyarakat yang ada di daerah pelosok. Awal terjadi bencana pun masker sulit didapat, mereka sesak bernapas, respon pemerintah sangat lambat," kata Nisa.

Nisa juga mempertanyakan tanggung jawab dari pemerintah. Selain itu, ada beberapa desakan yang diharapkan seperti adanya sistem respon cepat dalam penangan kebakaran lahan. "Kita lihat ini sudah berkali-kali terjadi dan berjatuhan korban, bagaimana itu respon pemerintah?" tutur Nisa.

Nisa dan Halisa berharap pemerintah bergerak cepat dan harus memikirkan evakuasi di mana tepat yang aman dari kabut asap. Selain fasilitas kesehatan, perlu juga dipikirkan pasca peristiwa, seperti trauma mental ataupun fisik yang perlu dipulihkan.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

11 jam lalu

Pengendara kendaraan bermotor menerjang banjir yang menggenangi Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 28 April 2023. Hujan deras yang mengguyur di kawasan itu menyebabkan sebagian jalan terendam genangan banjir dan mengakibatkan kemacetan lalu lintas di kawasan tersebut. ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Tanggapan Walhi Jatim Terhadap Banjir di Kota Surabaya Sepanjang 2024

Pada 2024, Kota Surabaya menjadi salah satu wilayah di Jawa Timur yang merasakan langsung dampak banjir. Walhi Jatim beri tanggapan.


Walhi Tuntut Jepang Akhiri Pendanaan Proyek Gas Fosil yang Menimbulkan Bencana

1 hari lalu

Kilang LNG di Teluk Bintuni, Papua Barat. ANTARA/HO-BP Tangguh
Walhi Tuntut Jepang Akhiri Pendanaan Proyek Gas Fosil yang Menimbulkan Bencana

Menurut Walhi, pasca Perjanjian Paris, JBIC justru menjadi penyandang dana gas fosil terbesar di Asia Tenggara.


Demo Tolak Tambang Timah di Kantor Gubernur Bangka Belitung, Walhi: Setop IUP Baru

4 hari lalu

PJ Gubernur Bangka Belitung Safrizal Zakaria Ali (baju merah) menerima aspirasi masyarakat yang menuntut penyetopan izin tambang dan mengevaluasi izin yang terbit di Kantor Gubernur Bangka Belitung, Senin, 22 April 2024. Tempo/Servio Maranda
Demo Tolak Tambang Timah di Kantor Gubernur Bangka Belitung, Walhi: Setop IUP Baru

Walhi menyebut fakta kacaunya tata kelola timah di Bangka Belitung juga dapat dilihat dari perubahan peradaban masyarakat adat.


10 Program Studi Paling Ketat SNBP 2024 dan Redmi Pad Pro di Top 3 Tekno

14 hari lalu

Guru besar, dosen dan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memberikan pernyataan sikap di Gedung Isola Kampus UPI, Bandung, Jawa Barat, Senin 5 Februari 2024. Dalam pernyataan sikapnya, civitas akademika UPI meminta agar Presiden Joko Widodo mencabut pernyataan yang menunjukkan keberpihakan dan keterlibatannya dalam kampanye politik pada Pemilu 2024. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
10 Program Studi Paling Ketat SNBP 2024 dan Redmi Pad Pro di Top 3 Tekno

Top 3 Tekno Berita Terkini dimulai dari artikel berjudul '10 Program Studi Paling Ketat SNBP 2024 dari Berbagai Universitas'.


Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

15 hari lalu

Direktur Walhi Jawa Tengah Fahmi Bastian. Foto dok.: Walhi
Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.


Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

31 hari lalu

Pemandangan udara terlihat dari kawasan hutan yang dibuka untuk perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 6 Juli 2010. REUTERS/Crack Palinggi/File Foto
Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.


Pulau Balang Tidak Masuk IKN, Otorita Klaim Lebih mudah Jaga Dugong dan Pesut

32 hari lalu

Presiden Joko Widodo meninjau langsung progres pembangunan Kantor Presiden di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Provinsi Kalimantan Timur, Jumat, 1 Maret 2024. Presiden Jokowi mengecek pembangunan infrastruktur yang kini telah mencapai 74 persen tersebut. Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Pulau Balang Tidak Masuk IKN, Otorita Klaim Lebih mudah Jaga Dugong dan Pesut

Tetap saja pembangunan IKN dinilai akan membuat tekanan terhadap habitat satwa liar. Dan bukan hanya dugong dan pesut, tapi 23 spesies.


Kabut Asap Selimuti Kota Dumai, Kondisi Udara Memburuk

33 hari lalu

Kualitas udara Kota Dumai mulai memburuk menyusul kemunculan kabut asap pekat pada Sabtu malam, 23 Maret 2024. (ANTARA/Abdul Razak)
Kabut Asap Selimuti Kota Dumai, Kondisi Udara Memburuk

Kabut asap yang menyelimuti udara Dumai berasal dari kebakaran lahan di beberapa titik, dan kiriman dari perbatasan dengan Kabupaten Bengkalis.


Penyebab Kebakaran 10 Hektare Lahan di Karimun Kepulauan Riau Masih Misterius

36 hari lalu

Ilustrasi - Petugas gabungan dari Direktorat Sabhara Polda Sumatera Utara, KPH XIII Dolok Sanggul, KPH XIV Dairi dan KPH IV Toba berusaha memadamkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Simulop, Pangururan, Samosir, Sumatra Utara. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/WS/wsj.
Penyebab Kebakaran 10 Hektare Lahan di Karimun Kepulauan Riau Masih Misterius

Di tengah banyaknya bencana basar di Indonesia, masih ada 10 Ha lahan terbakar di Kepulauan Riau. Sebabnya belum diketahui.


Temuan Kajian BRIN, Greenpeace dan Walhi soal Deforestasi Kalimantan: Parah Akibat IKN?

37 hari lalu

Aktivis Greenpeace, LBH Kalimantan Tengah, Save Our Borneo, dan Walhi Kalimantan Tengah meniru Presiden Joko Widodo saat berjalan di kawasan proyek food estate yang sedang dikerjakan Kementerian Pertahanan di Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Aksi ini bertepatan dengan pertemuan COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab yang juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo. Kredit: Jurnasyanto Sukarno/Greenpeace
Temuan Kajian BRIN, Greenpeace dan Walhi soal Deforestasi Kalimantan: Parah Akibat IKN?

Perubahan iklim dan pemanasan global diprediksi akan berdampak parahnya deforestasi di Pulau Kalimantan karena pembangunan IKN.