TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan meneliti mumi Mesir kuno menggunakan teknologi modern infrared, laser dan sinar-X. Mereka menyinari dan memeriksa tulang-tulang mumi untuk mengetahui kehidupan sehari-harinya.
Sejumlah sampel tulang berusia antara 2.000 dan 4.000 tahun telah diuji menggunakan Advanced Light Source di Berkeley Labs di California, demikian dikutip Daily Mail, Selasa, 12 November 2019. Peneliti mengeksplorasi kimia, struktur, dan sifat-sifat lain dari sampel.
"Tulang-tulang itu bertindak seperti arsip," kata Mohamed Kasem dari Universitas Kairo yang mengerjakan penelitian itu.
Para peneliti juga membuat irisan sangat tipis dari tulang paha sebagai bagian dari studi, yang diharapkan akan dapat menunjukkan bagaimana orang hidup, diet, kesehatan dan kehidupan sehari-hari.
"Sejumlah penemuan tentang cara orang Mesir kuno hidup sudah terungkap berkat penelitian, meskipun banyak waktu yang dibutuhkan untuk menganalisis data," kata Kasem.
Tim menggunakan teknik analisis kimia, di mana pulsa laser pendek melepaskan sejumlah kecil bahan dari sampel. Cahaya yang dipancarkan dari ledakan kemudian dipelajari untuk menentukan elemen apa yang ada.
“Kami menemukan timbal, aluminium, dan elemen lain yang memberi kami indikasi lingkungan dan toksisitas pada waktu itu. Informasi itu disimpan tepat di tulang," tutur Kasem.
Dia menceritakan, misalnya, sementara orang Mesir kuno tidak menggunakan aluminium dalam pengerjaan logam, peneliti menemukan bahwa mereka menggunakan kalium tawas, senyawa kimia yang mengandung aluminium, untuk mengurangi kekeruhan dalam air minum.
Tim menggunakan sinar-X untuk mempelajari bagaimana kolagen di tulang mumi dibandingkan dengan manusia modern. Ketika sinar-X disinari melalui kolagen sinar-X tersebar dan pola hamburan yang dibuat dapat menunjukkan kepada peneliti seberapa sehat dan terpelihara kolagen itu.
Sampel dibawa dari Mesir oleh para ilmuwan dari Universitas Kairo dan mewakili empat dinasti berbeda di Mesir: Kerajaan Tengah, Periode Menengah Kedua, Periode Akhir dan periode Yunani-Romawi. Mereka juga memeriksa tanah yang diambil dari situs pemakaman jenazah manusia.
“Banyak faktor yang mempengaruhi pelestarian. Salah satunya adalah berapa lama tulang terkubur di tanah dan juga keadaan tulang dan berbagai jenis tanah," kata Kasem.
Perbedaan dalam teknik pembalseman juga dapat mempengaruhi pelestarian tulang dan kimia yang mereka temukan dalam studi sinar-X. "Ada kualitas yang berbeda dalam bahan, seperti kain dan resin yang mereka gunakan untuk membalsem," katanya.
Sampel tanah akan membantu membedakan apakah konsentrasi bahan kimia dalam sampel tulang terkait dengan kesehatan individu, makanan, dan kehidupan sehari-hari, atau apakah bahan kimia di dalam tanah telah mengubah kimia tulang dari waktu ke waktu.
DAILY MAIL