TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hadir di lokasi bencana banjir bandang di Bogor dan Lebak pada awal tahun ini di antaranya melalui Biskuneo. Ini adalah inovasi pangan darurat bencana yang diyakini mampu memenuhi pasokan makanan untuk para korban banjir di dua lokasi itu.
Biskuneo adalah akronim dari Biskuit ber-Nutrisi, Energi tinggi dan Orisinil Indonesia. Direktur Pusat Teknologi Argoindustri Hardaning Pranamuda menerangkan, dalam setiap 100 gram kemasan biskuit ciptaan BPPT itu terkandung gizi hingga 500 kilo kalori.
"BiskuNeo ini makanan biskuit didalamnya terdapat cream. Apabila korban bencana memakan biskuit ini, mereka sama saja memakan satu bungkus nasi beserta lauk pauk," katanya, Senin 13 Januari 2020.
BiskuNeo, Hardaning menerangkan, memang diciptakan sebagai pangan darurat untuk korban bencana. Kajian atas biskuit itu dituturkannya dilakukan selama dua tahun mulai dari 2007 lalu berupa formulasi pangan serta pengujian efikasi dan toksisitas di laboratorium.
"Saat ini kan kalau ada bencana yang dikirim itu selalu mi instan, sedangkan di tempat bencana harus ada api, alat masak, dan lainnya," kata Hardaning.
Biskuneo, inovasi pangan dari BPPT yang dikembangkan untuk masyarakat di masa tanggap darurat bencana. Dalam setiap 100 gram biskuit ini terkandung kalori setara nasi bungkus lengkap dengan lauknya. Foto Dok BPPT
Menggunakan bahan baku lokal di atas 80 persen, seperti ubi jalar, keistimewaan dari Biskuneo bukan hanya pada kondisinya yang siap makan. Tapi juga kandungan senyawa Imunomodulator.
"Senyawa ini berfungsi membantu meningkatkan daya tahan tubuh sehingga para korban atau pengungsi terhindar dari serangan penyakit infeksi seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)," kata Hardaning.
Sebelum didistribusikan ke korban bencana banjir bandang di Lebak dan longsor di Bogor, biskuit ini juga pernah dikirim ke korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah.