TEMPO.CO, Bandung - Majelis Wali Amanat akan menggelar Sidang Terbuka Pelantikan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Senin 20 Januari 2020 di Aula Barat.
Majelis pada sidang pemilihan di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 8 November 2019 menetapkan Reini D. Wirahadikusumah sebagai Rektor ITB periode 2020-2025.
Perempuan kelahiran Jakarta 25 Oktober 1968 itu tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi rektor ITB. Pada babak terakhir pemilihan dia mementalkan harapan dua kandidat lainnya yang lolos, yaitu Jaka Sembiring dan Rektor ITB Kadarsah Suryadi.
Reini sebelumnya merupakan staf pengajar dengan jabatan guru besar di program studi Teknik Sipil di Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB. Sarjana teknik sipil dengan pengutamaan Rekayasa Struktur dan Geoteknik itu setelah lulus dengan predikat cum laude pada 1991 menjadi pengajar di almamaternya sejak 1992.
Reini melanjutkan studi hingga meraih gelar Master in Engineering dari Purdue University Amerika Serikat pada 1996. Setelah itu studi S3 berlanjut di universitas yang sama hingga lulus 1999. Kini hingga 2023 dia menjadi Ketua Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi di ITB.
Motivasinya ingin jadi rektor yaitu ungkapan syukur berkiprah di ITB selama 25 tahun lebih. “Saya ingin memberi lagi kepada ITB dan membuat tempat yang nyaman bagi mahasiswa, dosen, tenaga pendidikan, dan stakeholder lainnya,” kata dia saat proses pemilihan Oktober 2019.
Perubahan besar yang akan dilakukan jika terpilih menjadi rektor yaitu ingin membenahi ITB secara mendasar agar maju di kancah internasional.
Pada tulisan visi atau motivasinya menjadi Rektor ITB ke Majelis Wali Amanat, Reini menyampaikan Rektor perlu membangun manajemen institusi yang tangguh mendukung inisiatif transformasi. Rektor dengan cermat mengenali kompetensi spesifik para dosen dan tenaga kependidikan. “Untuk secara tepat atau ramping dan objektif ditempatkan sesuai keunggulannya.”
Dengan pendekatan Human Capital Management, tenaga kependidikan dan staf profesional didorong memperkuat fungsi-fungsi manajemen institusi. Sedangkan dosen lebih fokus pada peran sebagai ujung tombak riset unggulan.
Rektor juga dituntut untuk bersikap adaptif. Sistem tata kelola harus menjawab tuntutan perubahan terutama kebutuhan dana untuk implementasi transformasi. Potensi dari model-mode bisnis baru perlu dikaji bersama. Sebagai contoh strategi aliansi dengan pusat riset internasional, program studi unggulan, industrial linkages, inkubator bisnis, studi lanjutan.
Sementara mahasiswa ITB mendapat asahan menjadi insan yang memiliki karakter, integritas, dan jiwa kepeloporan. Aspek kemahasiswaan harus adaptif terhadap kebutuhan generasi muda antara lain dengan perkuatan pusat pengembangan karir, organisasi kemahasiswaan, kuliah kerja nyata bervisi keberlangsungan dan keberagaman. “Fasilitas dan operasional multikampus yang berwawasan lingkungan untuk mendukung atmosfer akademik yang dinamis.”
ANWAR SISWADI