TEMPO.CO, Jakarta - Di antara kecemasan yang berkembang, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam menganggap ramai wabah virus corona dari Wuhan, Cina, masih membawa hikmah positif. Ari menyampaikan pendapatnya dalam Seminar Awam dan Media Wabah Coronavirus: Status Terakhir di Indonesia di FKUI, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis, 30 Januari 2020.
“Ini seperti mengingatkan kita harus hidup sehat. Seperti mencuci tangan salah satu hal sederhananya, sehingga bisa terhindar dari penyakit apapun,” kata ahli penyakit dalam itu menuturkan.
Ari menyoroti virus itu yang hingga saat ini diketahui tak seganas wabah virus corona lainnya, yakni SARS pada 2002-2003 lalu. Virus corona Wuhan lebih cepat menular namun dengan tingkat kematian pasien yang lebih rendah.
"Artinya masih ada banyak yang selamat. Kenapa selamat? Ini biasanya karena daya tahan tubuh,” kata dia menerangkan.
Virus corona Wuhan belakangan diketahui bisa menular antar manusia sebelum gejala penyakit yang disebabkannya muncul. Ini yang diduga menyebabkan kasus infeksinya terus bertambah dengan cepat karena sulit dideteksi.
Hingga Kamis siang, 30 Januari 2020, infeksi virus corona yang menyebar dari Wuhan di Provinsi Hubei, itu sudah mencapai lebih dari 7.700 kasus di seluruh Cina. Di antara jumlah itu, sebanyak 170 di antaranya berujung kematian.
Sejauh ini angka kematian yang disebabkan 2019-nCoV itu terhitung sekitar 2,8 persen dari kasus yang dilaporkan. Bandingkan dengan SARS yang 9,6 persen. Namun, para peneliti internasional memperingatkan terlalu dini untuk berlega hati. Seperti kata Robin Thompson dari University of Oxford, Inggris, "Kita masih dalam masa-masa awal wabah."
Thompson menekankan kemampuan virus corona baru yang menyebar sangat cepat. Selain kemungkinan virus itu dapat bermutasi dalam tubuh manusia sehingga menjadi lebih menular atau mematikan.