Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jurnal Ilmiah Drop Hasil Penelitian Perubahan Iklim Ini, Kenapa?

image-gnews
Sebuah pesawat terbang melintasi di depan matahari yang akan tertutup oleh bulan dan terjadinya fenomena Gerhana Matahari parsial di Singapura, 9 Maret 2016. Gerhana matahari terjadi ketika Bulan lewat di antara Bumi dan Matahari. REUTERS
Sebuah pesawat terbang melintasi di depan matahari yang akan tertutup oleh bulan dan terjadinya fenomena Gerhana Matahari parsial di Singapura, 9 Maret 2016. Gerhana matahari terjadi ketika Bulan lewat di antara Bumi dan Matahari. REUTERS
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah jurnal ilmiah yang cukup terkemuka mencabut kembali makalah penelitian yang pernah dimuatnya pada tahun lalu. Makalah penelitian itu mengklaim bahwa perubahan iklim terjadi karena siklus Matahari dan bukan oleh aktivitas manusia.

Pada tahun lalu, Scientific Reports mengundang banyak kritik karena memuat makalah yang menurut para ahli lain telah membuat kesalahan mendasar tentang bagaimana Bumi bergerak mengelilingi Matahari. 

Jurnal yang diterbitkan Nature Research itu kemudian secara resmi telah menarik makalah tersebut lewat ulasan para ahli dari universitas-universitas DI Inggris dan sebuah institusi di Azerbaijan.

Hasil studi yang sudah ditarik lagi itu berargumen kalau kenaikan suhu rata-rata global sebesar satu derajat Celsius sejak era pra industri tidak disebabkan emisi gas rumah kaca manusia. Tapi, karena jarak antara Bumi dan Matahari yang terus berubah mengikuti pergerakan Matahari mengorbit barycentre.

Barycentre adalah pusat massa tata surya. Dalam pernyataannya yang terbaru, 4 Maret 2020, Scientific Reports menyebut argumen itu tidak akurat 

 

Menurut ulasan yang digunakan jurnal untuk mencabut artikel tersebut, perubahan jarak Matahari-Bumi sepanjang beberapa abad belakangan pada kenyataannya lebih kecil daripada yang ditemukan tim peneliti penyusun makalah itu. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kesalahan kalkulasi yang sangat mendesar itu menghasilkan sikap ketidakpercayaan pembaca atau editor lain terhadap kesimpulan yang diajukan di bagian lain makalah itu."

Ken Rice dari Universitas Edinburgh, Inggris, mengatakan bahwa sebuah publikasi makalah ilmiah bisa ditarik lagi hanya dalam situasi yang ekstrem. Kesalahan kalkulasi yang mendasar dianggap termasuk di dalamnya.

"Dinamika orbital tata surya sudah sangat dipahami dengan baik, dan tidak akan butuh banyak upaya bagi penulis untuk memeriksa apakah klaim mereka tentang pentingnya gerakan Matahari di sekitar tata surya memang benar," katanya.

Valentina Zharkova dari University of Northumbria, salah satu penulis makalah itu, mengatakan pencabutan makalah tidak adil. "Dan koreksi yang dilakukan pun minor saja," katanya.

NEWS SCIENCE | SCIENTIFIC REPORT

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

1 hari lalu

Ilustrasi ayah gendong bayi. Freepik
Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.


Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/2/2024). ANTARA.
Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.


Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

2 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan asap dan abu erupsi Gunung Ruang dilihat dari desa Tagulandang, Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.


Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

3 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.


Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

UNDP, WHO dan Kemenkes kolaborasi proyek yang didanai oleh Green Climate Fund (GCF) untuk waspadai dampak Perubahan Iklim di bidang Kesehatan/Tempo- Mitra Tarigan
Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.


Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

7 hari lalu

Ilustrasi pria bertubuh tinggi dan pendek. shutterstock.com
Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.


Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

7 hari lalu

Kelinci yang menjadi alat uji ilmiah. shutterstock.com
Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

11 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

14 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

15 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.