TEMPO.CO, Jakarta - Angka kematian akibat virus corona di Italia pada Minggu, 19 April 2020, dilaporkan terendah dalam sepekan. Menurut Badan Perlindungan Sipil Italia, sebanyak 433 orang meninggal akibat COVID-19 sepanjang hari itu, turun dari 482 pada Sabtu dan 575 pada Jumat.
Total kasus pada Minggu juga menandai kenaikan harian terendah sejak 12 April. Pada hari itu ada 431 kematian, sebelum hari-hari berikutnya jumlah korban naik lagi selama seminggu. Selain angka kematian, jumlah kasus infeksi baru juga menyusut menjadi 3.047 pada Minggu dibandingkan hari sebelumnya 3.491 orang.
Jika penurunan berlanjut selama beberapa hari ke depan, masyarakat kemungkinan akan menekan pemerintah setempat untuk melonggarkan lockdown dan membiarkan aktivitas ekonomi berjalan kembali. Penguncian di Italia diberlakukan sejak 9 Maret lalu, dan rencananya akan tetap berlaku hingga 3 Mei.
Perdana Menteri Giuseppe Conte mengatakan pada Sabtu malam, 18 April 2020, bahwa Italia tidak siap untuk mencabut status lockdown lebih awal. "Tidak akan mungkin bagi beberapa daerah untuk membuka kembali sebelum yang lain," katanya.
Para ahli medis memberikan persetujuan dengan mengatakan bahwa negara itu masih dalam tahap pertama krisis dan belum bisa pindah ke Fase 2. "Ini terlalu dini, jumlah di beberapa daerah masih sangat banyak dari Fase 1 yang belum berakhir," kata pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Walter Ricciardi kepada Sky Italia TV.
Episentrum wabah COVID-19 tetap di wilayah utara Lombardy di sekitar ibu kota Milan, dan daerah tetangganya Piedmont dan Emilia-Romagna. Secara keseluruhan, pada hari Senin, total 178.972 kasus COVID-19 telah dilaporkan di Italia, negara terparah ketiga setelah Amerika Serikat dan Spanyol. Sedang angka kematiannya adalah yang tertinggi, dengan 23.660 orang yang menyerah pada virus sejak awal wabah.
Berbeda dengan di Italia, Rusia mencatat rekor peningkatan kasus infeksi baru dalam sehari pada Minggu. Sebanyak 6.060 kasus infeksi baru dilaporkan.
Hingga Senin, sebanyak 47.121 kasus virus corona dan 405 kematian telah dilaporkan di Rusia. Pemerintahan di Kremlin mengatakan pekan lalu bahwa Rusia akan dengan senang hati menerima tawaran Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menyediakan ventilator bagi pasien COVID-19 di negeri itu.
NEW YORK POST | SKY ITALIA TV | JHU