TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan Prancis menunjukkan bahwa seorang pria terinfeksi Covid-19 pada 27 Desember bisa menjadi petunjuk kapan dan di mana virus itu muncul. Menariknya, kasus itu ditemukan hampir sebulan sebelum Prancis mengkonfirmasi kasus pertamanya.
Penelitian itu dipimpin oleh Yves Cohen, Kepala Resusitasi di rumah sakit Avicenne dan Jean Verdier. Dia menguji ulang sampel dari 24 pasien yang diobati pada bulan Desember dan Januari. Mereka telah dites negatif untuk flu sebelum Covid-19 berkembang menjadi pandemi.
Hasilnya, studi mengungkap bahwa satu pasien--pria berusia 42 tahun yang lahir di Aljazair dan tinggal di Prancis selama bertahun-tahun dan bekerja sebagai penjual ikan--telah terinfeksi Covid-19. "Itu satu bulan sebelum kasus pertama yang dilaporkan di negara kami," bunyi penelitian itu, seperti dikutip laman Reuters, Selasa, 5 Mei 2020.
Menanggapi penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Antimicrobial Agents itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa hasil itu tidak mengejutkan. Juru bicara WHO Christian Lindmeier menerangkan bahkan mungkin juga ada banyak kasus yang sebenarnya lebih awal bisa ditemukan.
"Sebaiknya negara-negara lain juga memeriksa catatan untuk kasus pada akhir 2019, ini akan memberi dunia gambaran baru dan lebih jelas mengenai wabah tersebut," kata Lindmeier.
Pakar independen mengatakan temuan itu membutuhkan penyelidikan lebih lanjut. Jonathan Ball, profesor virologi molekuler di University of Nottingham, Inggris, mengatakan bukan tidak mungkin bahwa itu adalah pengantar awal, "tapi bukti itu tidak konklusif," dia menambahkan.
Sementara menurut Stephen Griffin, ahli dari Institut Penelitian Medis University of Leeds, itu adalah temuan yang berpotensi penting. "Kita harus berhati-hati ketika menafsirkan temuan ini," kata Griffin.
Cohen mengatakan di televisi Prancis pada hari Senin, 4 Mei, bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui apakah pasien itu, yang perjalanan terakhirnya ke Aljazair pada Agustus 2019, merupakan 'pasien nol' Prancis.
Namun, mengidentifikasi pasien yang terinfeksi pertama menjadi minat epidemiologis yang besar karena mengubah secara dramatis pengetahuan para ahli tentang SARS-COV-2 dan penyebarannya di negara ini.
"Tidak adanya hubungan dengan Cina dan kurangnya perjalanan baru-baru ini menunjukkan bahwa penyakit ini sudah menyebar di antara populasi Prancis pada akhir Desember 2019," ujar Cohen.
Prancis, tempat hampir 25.000 orang meninggal akibat Covid-19 sejak 1 Maret, mengkonfirmasi tiga kasus pertamanya pada 24 Januari, termasuk dua pasien di Paris dan satu lagi di Bordeaux.
Rowland Kao, profesor epidemiologi hewan dan ilmu data dari University of Edinburgh, mengatakan bahwa bahkan jika terkonfirmasi, identifikasi Covid-19 yang positif pada bulan Desember tidak selalu merupakan indikasi bahwa penyebaran Covid-19 dari Prancis dimulai saat itu.
"Jika terkonfirmasi, yang disoroti oleh kasus ini adalah kecepatan di mana infeksi yang dimulai di bagian dunia yang tampaknya terpencil dapat dengan cepat menyebarkan infeksi di tempat lain," tuturnya.
REUTERS | INTERNATIONAL JOURNAL OF ANTIMICROBIAL AGENTS