"Harapannya, dari proses tersebut air garam akan lebih cepat dalam proses pengkristalan," katanya
Mahasiswa dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Teknik Mesin ini mengatakan jika alat tersebut dapat terwujud maka hanya membutuhkan waktu kurang lebih 1-2 jam pembuatan garam saat siang hari. Sayang, proses penelitian masih terkendala pandemi Covid-19.
"Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai kandungan NaCl dari garam yang dihasilkan oleh alat tersebut," katanya.
Ia berharap, nantinya alat tersebut dapat membantu petani garam dalam mempercepat dan meningkatkan proses produksi. Ia dan dua temannya berharap bisa membantu perekonomian petani garam, dengan produksinya yang lebih banyak maka bisa dilakukan ekspor.
"Apalagi selama ini kualitas garam kita kalah dengan garam impor, padahal kalau bisa dimaksimalkan kualitas garam kita lebih bagus," katanya.
Selain Dji Hanafit, dua mahasiswa lain yang juga ikut andil dalam pengembangan teknologi inovasi tersebut, yaitu Muhammad Khoirul Huda dari prodi yang sama dengan Dji dan Arini Nurfadilah dari Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS.