Selain itu, sepuluh anggota awak dan delapan staf medis dari KCDC juga dikarantina di fasilitas yang sama selama dua minggu dan dites Covid-19 pada hari pertama dan ke-14 karantina. Seluruh 18 awak dan staf itu dinyatakan negatif dua kali tes virus corona.
Dalam penyelidikan lebih lanjut, para peneliti meninjau data dari penerbangan evakuasi lain, yang melakukan perjalanan dari Milan ke Korea Selatan pada 3 April di bawah prosedur pengendalian infeksi ketat yang sama yang dipandu KCDC. Selama perjalanan itu, tiga penumpang didapati OTG dan satu penumpang lainnya didapati positif pada hari ke-14 karantina.
"Berdasarkan penyelidikan epidemiologi, penulis dan KCDC menduga bahwa infeksi ini juga ditularkan melalui kontak dalam pesawat," kata penulis dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal peer-review Emerging Infections Diseases.
Para penulis menyimpulkan bahwa masih belum jelas bagaimana virus ditularkan di pesawat dan butuh penelitian lebih lanjut. Diduga permukaan yang terkontaminasi atau orang yang terinfeksi mungkin memiliki peran penting dalam penularan penyakit dalam penerbangan.
Melihat dari temuan itu, para penelitinya menyarankan strategi pencegahan penularan SARS-CoV-2 di pesawat dengan beberapa langkah. "Pertama, masker harus dipakai selama penerbangan. Kedua, karena kontak dengan permukaan yang terkontaminasi meningkatkan risiko penularan virus di antara penumpang, kebersihan tangan diperlukan untuk mencegah infeksi," tulis mereka.
Baca juga:
Studi: Hati-hati Tertular Covid-19 di Toilet Umum Pria
Ketiga adalah jarak fisik harus dijaga sebelum naik dan setelah turun dari pesawat. Sebagai penutup, penulis mendesak bahwa peraturan global yang ketat untuk pencegahan penularan Covid-19 di pesawat dapat membantu mencegah keadaan darurat kesehatan masyarakat seperti itu di masa depan.
FOX NEWS | EMERGING INFECTIONS DISEASES