Terhadap seluruh anak-anak itu, tim mengambil sampel darah kemudian mengukur kadar antibodi virus corona. Data yang dikumpulkan termasuk apakah anak-anak itu pernah mengalami gejala apapun terkait Covid-19.
Tim peneliti menemukan 68 anak-anak, atau 6,9 persen, memiliki antibodi virus itu dalam tubuh mereka. Artinya, mereka pernah terjangkit Covid-19, dan hanya separuhnya yang melaporkan pernah memiliki gejalanya.
Beberapa dari gejala itu relatif umum. Sebanyak 31 persen dari 68 anak itu, misalnya, mengatakan pernah mengalami demam. Yang lainnya, sebanyak 18 persen menuturkan pernah sakit kepala, dan 19 persen memiliki keluhan yang sama seputar saluran pencernaannya seperti diare, muntah dan kram perut.
Untuk anak-anak didapati terinfeksi virus corona Covid-19 tapi tak ditemukan antibodi dalam tubuhnya, komposisi dari angka-angka penutur gejala yang sama sebesar 11, 4, dan 3 persen. Menurut Waterfield, temuan yang didapat itu penting karena pada kasus asimptomatik alias OTG, tanpa gejala, yang hanya berjumlah 34 anak itupun diare dan muntah cukup jelas dan mudah diidentifikasi.
Waterfield menambahkan, hasil studi itu seharusnya juga bisa membantu para orang tua menjelang musim dingin. "Banyak anak-anak akan mengalami hidung meler dan bersin-bersin--itu semua dipastikan bukan gejala Covid-19," katanya.
Baca juga:
Kenapa Anak-anak Kebal Efek Mematikan SARS, MERS dan Covid-19?
Profesor Tim Spector dari King’s College London, juga di Inggris, mengatakan temuan itu senada dengan hasil riset yang pernah dilakukannya. “Data kami atas hampir 250 ribu anak dari aplikasi studi gejala Covid-19 menduga kalau anak-anak yang positif terinfeksi Covid-19 memiliki variasi gejala yang luas dan batuk tidak se-umum seperti pada kasus orang dewasa," katanya menuturkan.
GUARDIAN