Peneliti juga mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit. Caranya dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan status paparan kemudian diikuti hingga periode tertentu sehingga dapat diidentifikasi dan dihitung besarnya kejadian penyakit.
Dalam studi studi observasional itu, peneliti menemukan 6,3 persen dari mereka yang positif Covid-19 yang menggunakan NSAID meninggal, dibandingkan dengan 6,1 persen yang tidak menggunakan obat anti-inflamasi itu.
Dalam kelompok orang yang terinfeksi Covid-19 yang menggunakan NSAID, para peneliti menemukan 24,5 persen dirawat di rumah sakit dan 4,9 persen dirawat di ICU. Sementara itu, di antara mereka yang positif SARS-CoV-2 yang tidak mengkonsumsi NSAID, 21,2 persen dirawat di rumah sakit dan 4,7 persen dirawat di ICU.
Penelitian mencatat, mempertimbangkan bukti yang ada, tidak ada alasan untuk menarik penggunaan NSAID yang diindikasikan dengan baik selama pandemi SARS-CoV-2. "Namun, efek samping NSAID yang sudah mapan, terutama efek ginjal, gastrointestinal, dan kardiovaskular, harus selalu dipertimbangkan, dan NSAID harus digunakan dalam dosis serendah mungkin dan durasi sesingkat mungkin untuk semua pasien," kata para peneliti.
Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) melalui situs resminya menyatakan, tidak mengetahui bukti ilmiah yang menghubungkan penggunaan NSAID, seperti ibuprofen, dengan gejala Covid-19 yang memburuk. Agensi sedang menyelidiki masalah ini lebih lanjut dan akan berkomunikasi secara publik ketika lebih banyak informasi tersedia.
Baca juga:
Kasus Relawan Sakit di Uji Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Ini Kata WHO
Namun, semua label resep NSAID memperingatkan bahwa aktivitas farmakologis NSAID dalam mengurangi peradangan, dan mungkin demam, dapat mengurangi kegunaan tanda diagnostik dalam mendeteksi infeksi. FDA juga merekomendasikan untuk mendiskusikan penggunaan NSAID dengan dokter yang merawat pasien Covid-19.
FOX NEWS | PLOS MEDICINE