TEMPO.CO, Yogyakarta - Beberapa video yang diunggah akun instagram @laharbara ramai diperbincangkan di media sosial. Dalam video berdurasi 33 detik, pemilik akun itu merekam peristiwa longsoran material yang sedang berlangsung di Gunung Merapi. Dalam video lain yang berdurasi 2 menit, pemilik akun juga merekam kondisi tebing kawah serta memperlihatkan keberadaan kubah lava yang diperkirakan memiliki tinggi 75 meter.
Tanggal pengambilan gambar video-video tersebut tertera 27-11-2020, artinya di tengah status gunung api itu sedang berstatus Siaga karena mendekati siklus erupsi. Karena status itu, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) telah menetapkan radius berbahaya sejauh lima kilometer dari puncak gunung itu.
Koordinator Bidang Operasi Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta, Endro Sambodo, menyebut pendaki yang mengunggah video kawah Merapi merupakan relawan asal Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Namanya, Bakat Setiawan atau kerap disapa Lahar.
Endro mengaku tidak tahu bagaimana Lahar dapat mendaki hingga mencapai puncak Gunung Merapi. Dia menuturkan, dua jalur pendakian di Selo, Boyolali dan Sapuangin, Klaten telah ditutup sejak status Gunung Merapi aktif normal dinaikkan ke waspada pada Mei 2018.
"Kurang tahu apakah sudah berkoordinasi dengan pemangku wilayah setempat karena Merapi saat ini hanya bisa didaki dari Selo, Boyolali dan Sapuangin, Klaten," katanya, Sabtu 28 November 2020.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso menyesalkan aksi Lahar yang disebutnya sangat berbahaya. Agus menegaskan kalau BPPTKG sangat tidak menyarankan misi apa pun untuk pendakian ke puncak Gunung Merapi. "Meskipun itu alasan mitigasi," kata Agus dalam Siaran Informasi Merapi yang ditayangkan melalui akun Youtube resmi BPPTKG, Sabtu 28 November 2020.
Tangkapan layar video situasi kawah Gunung Merapi yang diunggah akun @laharbara di instagram. Aksi si pemilk akun dikecam Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) karena dinilai sangat membahayakan. (ANTARA/Luqman Hakim)
Menurut Agus, aksi Lahar sangat berbahaya karena tebing kawah Gunung Merapi dalam kondisi tidak stabil. Kondisi itu diperkuat dengan kejadian pada Minggu 22 November lalu saat terjadi guguran dinding kawah di Lava 1954 yang disebut sebagai kejadian luar biasa.
Baca juga:
BPBD Yogya: Banyak Longsoran Baru di Puncak Gunung Merapi
Volume yang runtuh saat itu cukup besar dan belakangan diketahui telah mengubah morfologi puncak Gunung Merapi. "Kita bisa bayangkan jika kita berada di situ maka itulah kondisi yang sangat berbahaya," kata Agus.