5. Astronot Tiba di Luar Angkasa
Empat astronot NASA pada Selasa, 17 November 2020, berhasil menjajal design baru sebuah pesawat luar angkasa yang dibuat perusahaan pembuat roket, SpaceX. Penerbangan luar angkasa ini adalah sebuah pencapaian karena diterbangkan oleh perusahaan swasta.
“SpaceX, inilah ketahanan. Kerja bagus. Tepat di tengah. SpaceX dan NASA, selamat. Ini adalah era baru penerbangan bagi stasiun ruang angkasa internasional dari laut Florida,” kata Michael Hopkins, Kepala Awak yang berbicara dari ruang angkasa setelah tiba di area ruang angkasa.
Beberapa menit kemudian, empat astronot itu keluar dari kapsul SpaceX Crew Dragon dan naik ke stasiun ruang angkasa. Mereka menyapa para awak yang ada di sana, yakni satu astronot dari Amerika Serikat dan dua orang lainnya dari Rusia. NASA telah bergantung pada program ruang angkasa Rusia sejak 2011 atau ketika Amerika Serikat menutup programnya,
Stasiun ruang angkasa adalah sebuah orbit labolatorium yang berada di 400 kilometer dari atas Bumi. Tempat ini akan menjadi rumah sementara bagi ke-emat astronot NASA itu selama enam bulan ke depan. Astronot itu, terdiri dari tiga orang dari Amerika Serikat dan satu orang warga negara Jepang. Selain Hopkins, lainnya adalah Victor Glover, dan Shannon Walker, serta Soichi Noguchi.
“Selama 27 jam perjalanan berjalan lancar. Kami menunggu-nunggu tugas enam bulan ke depan dan sungguh tak sabar untuk memulainya,” kata Hopkins, setelah naik ke stasiun ruang angkasa.
Setelah tugas keempat astronot itu selesai, mereka akan digantikan oleh awak lain. Rotasi ini akan terus bergulir sampai Boeing bergabung dengan program ini pada akhir 2021 dengan pesawat luar angkasa milik sendiri.
6. Viral Batu Meteor Miliaran Rupiah di Tapanuli
Jareed Collins, warga Amerika Serikat yang bermukim di Bali, memberikan keterangannya menanggapi ramai pemberitaan jual beli batu meteor (meteorit atau meteoroid) seberat 1,7 kilogram asal Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Diberitakan, batu itu dibeli seharga Rp 200 juta dari pemiliknya dan kini kembali dijual kolektornya dengan harga yang ditawarkan Rp 14,1 juta per gram atau setara total sekitar Rp 25 miliar.
Collins, yang menyebut dirinya sebagai seorang penggemar meteorit—batuan utuh dari pecahan komet ataupun asteroid yang menembus astmosfer Bumi—membenarkan telah berangkat ke Sumatera Utara dan bertemu dengan Joshua Hutagalung, si pemilik batu. Dia yang menjadi perantara antara Joshua dengan pembeli yang disebutnya sebatas kolega di Amerika Serikat.
Collins menuturkan dihubungi dan dimintai bantuan koleganya itu pada 7 Agustus 2020 tapi dia membantah koleganya itu bernama Jay Piatek seperti yang ada di pemberitaan. Pun dengan harga Rp 200 juta yang dibayarkan koleganya itu kepada Joshua. Angka itu disebutkannya sama sekali tidak benar dan tidak tepat--sekalipun Joshua di ramai pemberitaan telah menyebut angka itu.
Apalagi kalau dikatakan harga batu meteor itu mencapai Rp 25 miliar saat dibeli dari Joshua. "Terlalu dibesar-besarkan. Saat ini tidak ada meteorit dengan nilai seperti itu, dan tentunya tidak ada kolektor yang akan membayar harga tersebut," katanya, Kamis 19 November 2020.
Menurutnya, nilai transaksi telah disetujui oleh Joshua dan koleganya tersebut melalui komunikasi langsung yang sebelumnya telah dilakukan tanpa melibatkan dirinya. Dia memastikan, proses negosiasi adil dan diterima dengan baik kedua belah pihak.
"Adapun keaslian, nilai sebenarnya adalah kerahasiaan kedua belah pihak, baik Joshua Hutagalung maupun warga Amerika yang tinggal di luar negeri, yang mengambil alih meteor tersebut, berdasarkan kesepakatan bersama," katanya lagi.
Collins menerangkan perannya memeriksa keaslian batu meteor temuan Joshua, melindungi meteorit tersebut dari kemungkinan kerusakan dan kontaminasi yang mungkin terjadi akibat penanganan yang tidak tepat, hingga memastikannya aman sampai di Amerika.
Untuk peran dan bantuan yang diberikannya itu, Collins mengakui menerima penggantian biaya dan waktu perjalanan yang telah dihabiskannya. Lebih jauh, dia menegaskan tidak memiliki meteorit itu dan juga tidak menjual meteorit tersebut kepada pihak lain yang memiliki meteorit tersebut saat ini.
Ketika dikonfirmasi peneliti di Pusat Ilmu Antariksa, Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) Rhorom Priyatikanto, meneranghkan LAPAN sudah mengkonfirmasi bahwa benda itu merupakan benar meteor berdasarkan foto yang beredar beberapa bulan lalu.
Sayang, Rhorom mengatakan, LAPAN tak berhasil mendeteksi peristiwa saat meteorit itu jatuh menimpa rumah milik Joshua Hutagalung di Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah. Dia menjelaskan, di sekitar wilayah temuan tidak ada kamera langit yang beroperasi.
Rhorom menyebut batu bagian dari meteor kondrit CM 1-2 yang mengandung sekitar 20 persen besi dan 25 persen silika (seperti kaca/pasir). “Kandungan logam mulia atau logam tanahnya sangat kecil pada meteorit yang tersisa setelah terbakar di atmosfer itu,” ujar dia, Jumat 20 November 2020.
7. Cina Bawa Pulang Sampel Batuan dari Bulan