7. Cina Bawa Pulang Sampel Batuan dari Bulan
Pesawat antariksa Cina, Chang'e 5, mengirim sebanyak 1.731 gram sampel batuan dari Bulan ke Bumi pada Kamis, 17 Desember 2020. Melalui sebuah acara seremonial, Sabtu pagi waktu setempat, 19 Desember 2020, Kepala Badan Antariksa Nasional Cina (CNSA), Zhang Kejian, menyerahkan sampel tersebut kepada Presiden Akademi Sains Cina, Hou Jianguo.
Sampel kemudian dikirim ke laboratorium milik Observatorium Astronomi Nasional yang berada di bawah koordinasi Akademi Sains Cina. Para peneliti di sana yang akan menyimpan, menganalisis, dan menelitinya. Sampel sebanyak 1.731 gram itu adalah sampel pertama dari obyek di luar angkasa yang dimiliki Cina.
Di dunia, misi pengambilan sampel dari Bulan itu juga yang pertama setelah lebih dari 40 tahun. Misi terakhir membawa sampel tanah dari Bulan ke Bumi dilakukan pesawat antariksa Luna milik Uni Soviet pada 1976.
Badan Antariksa Nasional Cina berjanji membuat kebijakan koordinasi dan riset ilmiah atas sampel dari misi Chang'e 5 itu yang lebih banyak melibatkan ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Mereka juga berencana menggulirkan program-program untuk mempopulerkan misi ke Bulan tersebut.
Chang'e 5, sejauh ini menjadi misi paling menantang dan kompleks dalam sejarah teknologi antariksa Cina. Diluncurkan pada 24 November, pesawat luar angkasa itu sudah mendarat di Bulan pada 1 Desember dan terbang lagi pada 3 Desember.
Misinya di Bulan terbilang singkat karena Chang'e 5 memiliki sumber energi dari tenaga matahari. Pesawat antariksa itu tidak didesain mampu mengarungi hari malam di Bulan, yang suhunya bisa serendah -173 derajat Celsius. Sedang hari siang di Bulan bertahan setara 14 hari di Bumi.
"Sebagai seorang peneliti Bulan, ini benar-benar menjadi sumber inspirasi dan melegakan bahwa kita bisa kembali mengambil sampel dari permukaan Bulan," kata Jessica Barnes di University of Arizona, Amerika.
Chang'e 5 membawa pulang dua macam sampel: dari permukaan dan dari kedalaman 2 meter Bulan. Keduanya dimuat ke wahana Chang'e 5 yang bisa terbang meninggalkan Bulan dan bergabung kembali dengan wahana yang sejak awal hanya mengorbit--tidak ikut mendarat.
Aksi keduanya merupakan yang pertama kalinya dilakukan wahana antariksa robotik di luar orbit Bumi. Kapsul berisi sampel lalu ditransfer lagi ke wahana yang didesain untuk bisa pulang ke Bumi. Begitu wahana itu sudah mendekati Bumi, kapsul dirilis memasuki atmosfer Bumi lalu melayang menggunakan parasutnya, mendarat di wilayah Mongolia.
Selain itu, CNSA juga merilis gambar yang menunjukkan bendera nasional Cina dikibarkan dari wahana penyelidikan Chang'e 5 di Bulan. Gambar-gambar itu diambil dengan kamera panorama yang dipasang pada kombinasi pendarat-ascender dari Chang'e 5, sebelum ascender meluncur dari Bulan membawa sampel Bulan pada Kamis malam, 3 Desember 2020.
8. Ambruknya Teleskop Raksasa Puerto Rico
Teleskop radio raksasa di Observatorium Arecibo, Puerto Rico, yang telah berperan besar dalam penemuan astronomis sepanjang lebih dari setengah abad belakangan ini ambruk pada Selasa, 1 Desember 2020, waktu setempat. Teleskop dilaporkan sudah mengalami kerusakan sebelumnya dan memang hendak ditutup dan dirobohkan karena konstruksinya dianggap membahayakan.
Ancaman itu terbukti pada Selasa pagi, atau Selasa sore waktu Indonesia, yakni platform receiver seberat 816 ton dari teleskop itu jatuh. Platform menimpa piringan reflektor dari ketinggian lebih dari 137 meter.
Pemilik observatorium raksasa itu adalah National Science Foundation Amerika Serikat dan dikelola University of Central Florida. Mereka telah mengumumkan sebelumnya bahwa Observatorium Arecibo akan ditutup dan dihancurkan.
Hal ini terjadi karena satu kabel penyangga tambahan platform putus pada Agustus lalu, menyebabkan piringan reflektor terkoyak sepanjang 30 meter dan merusak platform receiver yang menggantung di atasnya. Kemudian, satu kabel utama menyusul putus awal November lalu.
Peristiwa terbaru, platform receiver terempas jatuh, mengejutkan banyak ilmuwan yang selama ini bergantung kepada teleskop radio yang hingga beberapa saat sebelumnya masih menjadi yang terbesar di dunia itu. "Suaranya seperti dentuman yang sangat keras," kata Jonathan Friedman, peneliti yang sudah bekerja 26 tahun di obervatorium itu dan hingga kini menetap di dekat sana.
Friedman mengaku lari ke atas bukit dan langsung mendapati kepulan debu menggantung di udara di mana struktur itu pernah berdiri.
Sejumlah ilmuwan dunia pernah mengajukan petisi berharap keputusan NSF menutup Observatorium Arecibo bisa diubah. Saat itu NSF hanya menanggapinya dengan rencana membuka kembali lokasi pusat kunjungan dan memulihkan operasional aset tersisa di observatoirum itu, seperti dua fasilitas LIDAR yang biasa digunakan untuk riset ionosfer dan lapisan atmosfer atas, termasuk menganalisis tutupan awan dan data hujan.
Teleskop di Arecibo dibangun Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada 1960-an. Sepanjang 57 tahun usianya, observatorium itu telah diterjang banyak hurikan, kelembapan tropis dan serangkaian gempa bumi.
Teleskopnya telah digunakan untuk melacak banyak asteroid yang hendak menabrak Bumi dan memastikan apakah planet tertentu bisa dihuni manusia. Observatorium ini juga melayani pelatihan untuk mahasiswa dan menarik sekitar 90 ribu pengunjung setiap tahunnya.