TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mendorong penggunaan seluas mungkin dari alat GeNose C19. Tujuannya, selain screening kasus Covid-19 terkait pengendalian penyebaran virusnya, juga menjaga dan meningkatkan akurasi alat tersebut.
Menristek menerangkan, alat yang diciptakan oleh dosen peneliti di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini sudah mengunakan inovasi teknologi generasi terkini, yakni artificial intelligence. Itu memungkinkan untuk memperbaiki akurasi alat dari waktu ke waktu yang saat ini sudah berada di atas 90 persen dibandingkan dengan standar swab PCR.
Baca juga:
Simulasi GeNose di Bandara, Simak 9 Tahapan untuk Calon Penumpang
"Semakin banyak GeNose dipakai, datanya bisa dikumpulkan dan digunakan untuk memperbaiki akurasi," kata Bambang seperti disiarkan daring saat berada di kantor Majelis Ulama Indonesia, Jakarta, Kamis 18 Maret 2021.
Untuk tujuan itu pula Menristek terus membagikan unit-unit GeNose ke berbagai instansi atau lokasi termasuk kantor MUI pada hari itu. Kepada Ketua MUI Miftachul Akhyar yang menerimanya, mantan Kepala Bappenas/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional itu menerangkan, GeNose didesain untuk screening di pusat keramaian seperti stasiun, terminal, dan perkantoran.
"Termasuk di kantor MUI," katanya sambil menambahkan harapannya MUI juga akan memperkenalkan penggunaan alat itu lebih luas. Dia meyakinkan alat buatan anak bangsa itu juga lebih murah. "Mudah-mudahan bisa membantu MUI maupun organisasi lain yang berinteraksi dengan MUI," katanya.
Penjelasan Menristek Bambang Brodjonegoro sesuai dengan yang pernah dituturkan ketua tim peneliti dan pengembang alat deteksi Covid-19 UGM, GeNose, Kuwat Triyana. Dia juga menyatakan terus bekerja mengembangkan bagian sistem kecerdasan buatan (AI) dari alat itu sekalipun sudah mendapatkan izin edar dan bebas dipasarkan.
Kuwat menjelaskan, GeNose yang bekerja berdasarkan embusan napas itu terus dikembangkan agar kinerjanya semakin akurat dalam mendeteksi ada tidaknya virus yang bersarang pada pasien yang dites. "Baik dari sisi artificial intelligence (kecerdasan buatan) maupun prosedur operasi standar penggunaan alatnya,” ujarnya.
Baca juga:
Deteksi Covid-19 di Bau Ketiak pasien, ITS Uji Alat di 3 Rumah Sakit Ini
Adapun upaya untuk mengembangkan dan meningkatkan akurasi GeNose C19 itu salah satunya dengan menambah kemampuan sensitivitas dan spesifisitas alat itu. Kuwat menuturkan para peneliti sedang berfokus pada aspek kontaminasi yang dapat menyebabkan sensitivitas GeNose C19 terganggu.
“Penggunaan GeNose C19 di stasiun dan bandara akan menghimpun data-data baru bagi pengembangan kecerdasan buatan yang semakin akurat,” kata anggota tim penemu GeNose C19, Dian K. Nurputra.