Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Begini Proses Pembuatan Vaksin Sel Dendritik untuk Terapi Kanker, Biayanya?

image-gnews
Politikus senior Partai Golkar Aburizal Bakrie menerima penyuntikan vaksin sel dendritik SARS-CoV-2 atau Vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Jumat, 16 April 2021. Penyuntikan dilakukan langsung oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Foto: Istimewa.
Politikus senior Partai Golkar Aburizal Bakrie menerima penyuntikan vaksin sel dendritik SARS-CoV-2 atau Vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Jumat, 16 April 2021. Penyuntikan dilakukan langsung oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Foto: Istimewa.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Vaksin Nusantara untuk Covid-19 atau yang nama resminya vaksin sel dendritik untuk SARS-CoV-2 yang dikembangkan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menuai kontroversi. Tim risetnya nekat melanjutkan uji klinis tanpa persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sebenarnya, vaksin sel dendritik untuk SARS-CoV-2 dikembangkan dari teknik terapi kanker. Ahli Patologi Klinik Universitas Sebelas Maret, Tonang Dwi Ardyanto, memberikan gambaran bagaimana urutan proses pembuatan vaksin dari sel dendritik untuk tujuan terapi kanker.

“Darah diambil dari pasien itu sendiri, kemudian dibiakkan secara khusus, menggunakan reagen khusus, sampai dapat ditemukan sel dendritik,” ujar dia dalam grup WhatsApp Liputan Covid-19, Minggu, 18 April 2021.

Kemudian dilakukan pajanan terhadap antigen dari sel-sel kanker. Setelah "direkam" oleh sel dendritik, lalu disuntikkan kembali kepada pasien itu sendiri.

Harapannya adalah sel dendritik dengan rekaman antigen sel kanker itu akan memicu daya tahan sistem imun terhadap sel kanker yang diderita. “Jadi penentunya pada antigen yang digunakan itu. Beda kanker, beda pula antigennya,” kata peraih gelar PhD dari Tottory University, Jepang, itu.

Bahkan, dia berujar, walau kankernya mungkin sama jenisnya, tapi kalau beda orang, terkadang harus beda pula antigennya. Tujuannya agar benar-benar spesifik terhadap kanker yang diderita, sehingga diambil langsung dari sel-sel kanker pasien itu sendiri.

Setelah disuntikkan sekali, dilakukan evaluasi untuk mengukur efektivitasnya. “Tidak selalu langsung berhasil. Bila perlu dilakukan suntikan ulangan, bisa seumur hidup, sampai tercapai efek yang diharapkan,” tutur Tonang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenapa disebut seumur hidup? Tonang menjelaskan, harapannya sel dendritik itu akan menurunkan sifatnya kepada sel-sel dendritik keturunannya sehingga mempertahankan kemampuannya memicu kekebalan. Namun, dalam proses penurunan sifat tersebut, juga banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilannya.

Dalam hal virus, berarti antigen yang menentukan jenis kekebalan yang diperoleh. Bila ada perubahan sifat sel-sel kanker, perlu ada pajanan lagi dengan antigen yang baru.

Kalau dalam hal untuk vaksinasi penyakit infeksi, mudahnya dibayangkan, bila ada beda virus atau ada mutasi, risikonya antigen itu berkurang spesifitasnya (kekhususannya). Akibatnya, kekebalannya juga menurun. Harus diberi pajanan antigen yang sesuai juga.

“Seperti juga vaksin metode lainnya, harus disesuaikan ulang bila patogen nya berubah signifikan. Jadi memang poin pentingnya antigen yang dipajankan,” ujar Tonang.

Dia juga menerangkan biaya terapi kanker dengan sel dendritik sangat mahal. Salah satu perusahaan yang mengembangkannya di Jepang untuk terapi kanker, memperkirakan biaya sekitar 2 juta Yen untuk sekali pemberian satu set terapi pada seorang pasien. “Kurs 1 Yen saat ini Rp 133. Berarti sekitar Rp 275 jutaan. Itu untuk vaksinasi berbasis sel dendritik pada kanker,” kata Tonang.

Baca:
Vaksin Nusantara Terindikasi Cacat Prosedur, Sanksinya?

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

1 hari lalu

ilustrasi Haji (pixabay.com)
Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.


Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

2 hari lalu

Es Krim Magnum. Womensfreesamples.com
Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

BPOM angkat bicara soal keamanan produk es krim Magnum yang beredar di Indonesia.


Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

3 hari lalu

ilustrasi kanker (pixabay.com)
Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.


Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

4 hari lalu

Mengunduh Manfaat Terapi Sel Punca
Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.


Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

4 hari lalu

Ilustrasi sel darah merah. Pixabay.com/Vector8DIY
Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?


Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

4 hari lalu

Gambar mikroskop elektron pemindaian ini menunjukkan SARS-CoV-2 (obyek bulat biru), juga dikenal sebagai novel coronavirus, virus yang menyebabkan Covid-19, muncul dari permukaan sel yang dikultur di laboratorium yang diisolasi dari pasien di AS. [NIAID-RML / Handout melalui REUTERS]
Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.


Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

6 hari lalu

Ilustrasi obat. TEMPO/Subekti
Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

Pakar menjelaskan kasus anemia aplastik akibat obat-obatan jarang terjadi, apalagi hanya karena obat sakit kepala.


Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

7 hari lalu

ILustrasi larangan merokok. REUTERS/Eric Gaillard
Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.


Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

8 hari lalu

Suasana BNP2TKI di Terminal 4, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, 1 Oktober 2014. Penutupan ini sesuai dengan rekomendasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Unit kerja presiden bidang pengawasan dan Pengendalian pembangunan (UKP4). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.
Pemerintah Cabut Pembatasan Barang TKI, Begini Bunyi Aturannya

Sebelumnya, pemerintah membatasi barang TKI atau pekerja migran Indonesia, tetapi aturan ini sudah dicabut. Begini isi aturannya.


Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

9 hari lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.