TEMPO.CO, Jakarta - CEO BioNTech Ugur Sahin menyatakan vaksin garapannya bersama Pfizer efektif melawan varian virus corona Covid-19 di India, B.1.617. Varian itu mengandung dua mutasi kunci yang telah ditemukan secara terpisah atau disebut sebagai "mutan ganda”.
Sahin menjelaskan telah menguji vaksin mRNA dua dosis yang telah mereka kembangkan melawan varian Covid-19 serupa dengan yang ditemukan di India. Evaluasi sedang dilakukan atas hasil uji tanding itu, dan datanya dijanjikan segera tersedia dalam beberapa pekan.
“Berdasarkan data uji, kami merasa yakin suntikan vaksin ini akan mampu melindungi (dari infeksi virus),” ujar dia, seperti dikutip CNBC, Kamis 29 April 2021.
Beberapa ahli curiga varian B.1.617 berada di balik tsunami jumlah kasus baru Covid-19 yang sedang terjadi di India. Di luar uji yang sedang dilakukan terhadap varian itu, Sahin menyebutkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech masih protektif jika berhadapan dengan strain lain, termasuk B.1.526, varian yang pertama kali diidentifikasi di New York, juga B.1.1.7 yang menyebar dari Inggris.
Namun, penelitian di Israel menemukan B.1.351, varian yang ditemukan pertama di Afrika Selatan, mampu menghindari beberapa perlindungan dari vaksin Pfizer-BioNTech. “Meskipun suntikan tetap efektif, orang-orang mungkin membutuhkan suntikan ketiga dari vaksin Covid-19, karena kekebalan terhadap virus berkurang,” bunyi hasil penelitian itu.
Komentar itu sebelumnya sudah disampaikan oleh CEO Pfizer Albert Bourla dan kepala petugas medis BioNTech, Ozlem Tureci. Pada Februari 2021, Pfizer-BioNTech memang menguji dosis ketiga vaksin Covid-19 mereka untuk lebih memahami respons kekebalan yang mampu diberikan melawan varian baru SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19.
Sahin menjelaskan, peneliti melihat penurunan tanggapan antibodi terhadap virus setelah delapan bulan. Menurutnya, jika timnya memberikan dorongan (booster), maka akan benar-benar dapat memperkuat respons antibodi, bahkan di atas tingkat yang dimiliki di awal. “Dan itu dapat memberi kami kenyamanan nyata untuk perlindungan setidaknya selama 12 bulan, mungkin 18 bulan," tutur Sahin.
Pfizer-BioNTech mengembangkan vaksin Covid-19 menggunakan teknik baru messenger RNA (mRNA). Vaksin membawa instruksi pembuatan protein paku yang ada pada SARS-CoV-2. Protein itu yang berperan menginfeksi sel.
Bahan aktif mRNA dalam vaksin itu sendiri sintetis, tidak diekstrak dari SARS-CoV-2 hidup. Bahan itu 'dikemas' dalam sebuah material lemak berukuran nano yang dilarutkan dalam cairan garam, material itu kemudian diinjeksikan ke dalam jaringan otot lengan atas.
CNBC | NEW SCIENTIST
Baca juga:
Satu Guru Penerima Suntik Vaksin Covid-19 Alami Lumpuh Sementara