TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan vaksin AstraZeneca memunculkan sejumlah kontroversi. Pertama, vaksin ini sempat dipertanyakan soal status halalnya karena diduga mengandung tripsin babi. Kedua, vaksin ini diduga menjadi penyebab terjadinya pembekuan darah. Tidak saja di luar negeri, polemik ini juga riuh di dalam negeri.
Hingga akhirnya, pada pertengahan Mei lalu, pemerintah menghentikan penggunaan dan distribusi vaksin Covid-19 AstraZeneca untuk batch CTMAV547. Juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatajan penghentian ini untuk menunggu hasil investigasi dan pengujian dari BPOM yang memerlukan waktu satu hingga dua pekan.
Diketahui Vaksin AtraZeneca dikembangkan para peneliti di University of Oxford di Inggris. Vaksin ini disebut dapat melindungi diri dari infeksi virus corona. Efikasi vaksin AstraZeneca menawarkan perlindungan hingga 64,1 persen setelah satu dosis suntikan, dan 70,4 persen setelah suntikan kedua.
Dikutip dari akun resmi Intagram @dinkesdki, berikut 6 fakta mengenai Vaksin Covid-19 AstraZeneca di Indonesia:
1. Mendapat EUA dari Badan POM yang menjamin bahwa vaksin AstraZeneca aman dan berkualitas. Vaksin ini mulai disuntikkan sejak 5 Mei 2021.
2. Fatwa Majelis Ulama Indonesia atau MUI menyatakan bahwa penggunaan vaksin AstraZeneca bersifat mubah (diperbolehkan).
3. Vaksin AstraZeneca telah digunakan di 58 negara di dunia.
4. Sebanyak 1,1 juta dosis telah tiba di Indonesia, yang merupakan dukungan COVAX Facility. Telah didistribusikan di 7 provinsi: Jakarta, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, dan Maluku.
5. Vaksin AstraZeneca diberikan kepada sasaran dengan usia minimal 18 tahun, sebanyak dua dosis dengan 0,5 ml setiap dosisnya. Berdasarkan rekomendasi WHO efikasi vaksin AstraZeneca terbaik didapatkan pada interval pemberian vaksin 12 minggu (76%).
6. Vaksin AstraZeneca dapat diberikan hampir pada semua orang berusia 18 tahun ke atas. Kontra indikasi penggunaan vaksin ini, seperti juga dengan vaksin lain yaitu tidak boleh diberikan pada orang yang memiliki alergi terhadap bahan vaksin/komponen vaksin dan riwayat alergi berat atau syok anafilaktik pada pemberian dosis pertama vaksin AstraZeneca.
Diketahui, vaksin AstraZeneca dikembangkan berbasis vektor adenovirus simpanse. Virus yang biasa menginfeksi simpanse, dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan infeksi parah terhadap manusia.
WINDA OKTAVIA
Baca juga: Ini Alasan Penggunaan Salah Satu Batch Vaksin AstraZeneca Dihentikan