TEMPO.CO, Yogyakarta - Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad, mendorong pemerintah kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta yang usai lebaran ini mencatat kasus penularan Covid-19 tinggi untuk mengambil langkah lebih tegas.
Riris menilai antisipasi yang sudah dilakukan beberapa dusun/desa seperti di Kabupaten Sleman Yogyakarta melalui lockdown mikro saat mendeteksi penularan kasus yang berpotensi meluas sudah tepat.
“Namun kalau bisa, pembatasan mobilitas skala lebih luas akan lebih baik, misalnya hingga tingkat kecamatan, tapi ini tergantung kebijakan daerah,” kata Riris kepada Tempo, 29 Mei 2021.
Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM itu mengatakan langkah lockdown micro memang tidak berhubungan dengan apapun varian Covid-19 yang tengah berkembang, karena apapun varian virusnya, intervensi penularannya akan tetap sama. “Lockdown ini lebih mempengaruhi seberapa meluas penularan virus ini pada suatu komunitas,” ujarnya.
Menyangkut penularan Covid-19 di DIY yang naik usai lebaran ini seperti di Sleman, Riris menilai tak serta merta bisa dikaitkan dengan mobilitas atau aktivitas saat lebaran lalu, meskipun durasinya kini sudah genap 14 hari pascalebaran. “Dengan munculnya kasus saat ini ada dua kemungkinan, kalau tidak saat aktivitas lebaran lalu, ya mungkin penularan itu sudah diawali sejak Ramadan,” kata Riris.
Baca:
Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang Wafat Setelah Positif Covid-19