TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Rusia sedang melakukan finalisasi nota kesepahaman (MoU) kerja sama kesehatan untuk memproduksi vaksin Sputnik V. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga berkunjung ke Rusia untuk melihat fasilitas produksi vaksin tersebut.
Namun, jika nanti disetujui untuk produksi lokal, perlukah uji klinis vaksin Sputnik V ke orang Indonesia?
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio, menjelaskan, soal uji klinis vaksin, semua tergantung dari kesepakatan antara BPOM masing-masing negara, Rusia dan Indonesia. Karena, kata dia, ada beberapa negara yang memiliki perjanjian dengan Indonesia mengenai pelaksanaan uji klinis vaksin.
“Perjanjian itu isinya apa yang sudah dilakukan di negara itu tidak perlu diulangi di Indonesia, tapi Saya belum tahu dengan Rusia seperti apa,” ujar dia melalui sambungan telepon, Rabu, 7 uli 2021.
Amin yang merupakan Guru Besar Ilmu Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu memberikan contoh kerja sama dengan Cina untuk vaksin Sinovac. “Kerja sama Cina ini belum ada pembahasan uji klinis, jadi harus dilakukan uji klinis,” katanya, sambil menambahkan bahwa semua penggunaan vaksin wewenangnya ada pada BPOM.
Berbeda dengan Amin, Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Ari Fahrial Syam, mengatakan jika arahnya memproduksi vaksin secara lokal, maka uji klinis harus dilakukan. Dia juga mencontohkan vaksin Sinovac yang diuji klinis langsung dengan objek orang Indonesia, meskipun efektivitasnya hanya 65 persen.
Ari mengapresiasi pengadaan vaksin dari berbagai negara untuk melawan pandemi Covid-19, tapi dia menegaskan dan menyarankan agar uji klinis dilakukan terlebih dahulu di Indonesia. “Kalau produksi ya, kita harus pastikan dulu melalui uji klinis,” tutur dia dihubungi terpisah.
Ari yang juga Dekan FKUI itu meminta agar lebih mempelajari hal-hal yang perlu disesuaikan dari vaksin Sputnik V dengan gen orang Indonesia. “Jadi ada penyesuaiannya begitu,” ujar Ari.
Basis vaksin Sputnik V Rusia adalah viral vector dengan menggunakan adenovirus. Dari segi penggunaannya, vaksin tersebut berbeda dengan AstraZeneca. Sputnik V Rusia, menggunakan dua jenis virus pada suntikan pertama dan kedua walaupun antigennya sama.
Baca:
Rencana Vaksin Sputnik V Rusia Diproduksi di Indonesia, Ini Kata Kepala Eijkman