TEMPO.CO, Bandung - Musa Izzanardi Wijanarko meraih gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung (ITB) di usia 18 tahun lewat 8 bulan. Mahasiswa dari program studi Matematika itu menjadi wisudawan termuda pada akhir pekan lalu, Sabtu 17 Juli 2021.
Izzan panggilan akrabnya, mengaku senang dengan matematika sejak kecil. Dia mulai kuliah pada 2017 setelah sebelumnya bersekolah di rumah. Selama kuliah dia bersosialisasi dengan ikut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Genshiken ITB sebagai kelompok studi budaya visual modern. Istilah Genshiken sendiri diambil dari komik Jepang atau manga karangan Kio Shimoku.
Di tahun terakhirnya kuliah, pandemi Covid-19 melanda. Dia sempat salah mengira kalau dampaknya tidak akan terlalu besar. Kondisi pandemi sempat membuatnya kehilangan motivasi ikut kuliah dan mengerjakan tugas akhir. “Kuliah saya selesai walaupun sempat terseok-seok dan sangat bersyukur akhirnya dapat berhasil menjadi wisudawan Juli 2021 ini,” katanya di laman ITB, Rabu 21 Juli 2021.
Semasa kuliah Izzan berencana untuk lulus dalam empat tahun. Dia kerap kehilangan motivasi sesudah ujian tengah semester, yang membuatnya jadi jarang belajar dan tidak fokus, serta mengakibatkan nilai ujian akhir semester turun. “Kuliah memang berat bagi mereka yang tidak bisa mengatur waktu dan diri dengan baik, termasuk saya,” katanya.
Nama Izzan mencuri perhatian ketika ikut ujian tertulis Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri di Bandung, Selasa, 31 Mei 2016. Ketika itu dia berumur 13 tahun dan bersaing di kelompok ujian sains dan teknologi. “Saya ingin jadi ilmuwan fisika nuklir,” katanya kepada Tempo seusai ujian waktu itu.
Cita-cita Izzan adalah ingin terlibat dalam pembuatan reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik secara aman. Karena itu, dia memilih Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung sebagai pilihan pertama.
Pilihan keduanya adalah program studi matematika dan pilihan ketiga adalah program studi fisika. Keduanya di Universitas Indonesia. “Saya suka matematika dan fisika. Tadi yang agak susah soal biologi dan kimia,” ujar anak kedua dari tiga bersaudara kelahiran Bandung, 24 Oktober 2002, tersebut.
Menurut ibunya, Yanti Herawati, 45 tahun, Izzan belajar secara home schooling sejak tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas karena tergolong anak berkebutuhan khusus. Pada 2016 itu Izzan gagal lolos seleksi. Baru pada ujian 2017 dia diterima di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (FMIPA ITB).
Baca:
ITB Garap 35 Program Berbasis Teknologi Digital untuk Pemulihan Ekonomi