Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Bingung Membedakan antara Suku dan Ras? Ini penjelasannya

Reporter

Abdi Dalem Keraton Yogyakarta membawa gunungan keluar dari keraton saat Grebeg Besar 1440 H di Keraton Yogyakarta, Senin 12 Agustus 2019. Pada acara guna memeriahkan Idul Adha 1440 H tersebut, keraton Yogyakarta mengeluarkan tujuh gunungan yang dibagikan di Masjid Gede Kauman, Pakualaman dan Kepatihan. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Abdi Dalem Keraton Yogyakarta membawa gunungan keluar dari keraton saat Grebeg Besar 1440 H di Keraton Yogyakarta, Senin 12 Agustus 2019. Pada acara guna memeriahkan Idul Adha 1440 H tersebut, keraton Yogyakarta mengeluarkan tujuh gunungan yang dibagikan di Masjid Gede Kauman, Pakualaman dan Kepatihan. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Suku dan ras merupakan dua konsep yang sering digunakan untuk memilah-milah manusia ke dalam berbagai kelompok. Pembedaan ini biasanya didasarkan pada beberapa kategori, seperti karakteristik fisik, asal, agama dan lain sebagainya. Namun, saking seringnya kedua konsep itu dipakai bersamaan, perbedaan antara suku dan ras menjadi sulit untuk dikenali. Bahkan, beberapa orang menganggap bahwa ras dan suku adalah dua hal yang sama.

Melansir dari National Geographic, suku dan ras sebenarnya memiliki beberapa perbedaan yang dapat diidentifikasi. Ras didefinisikan sebagai kategorisasi manusia yang didasarkan pada karakteristik fisik. Sementara itu, suku merupakan bentuk kategorisasi yang lebih luas lagi. Suku merupakan kategorisasi yang biasanya didasarkan pada ras, agama, wilayah, kebahasaan, dan aspek kebudayaan lain.

Dalam mendefinisikan ras, beberapa pertimbangan biologis biasanya dipakai. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam mendefinisikan ras, pada umumnya, adalah warna kulit dan bentuk rambut. Sementara itu, suku biasanya lebih berkaitan dengan ekspresi dan identifikasi yang sifatnya kultural. Meskipun memiliki perbedaan, kedua konsep tersebut sama-sama merupakan sebuah konstruksi sosial yang membagi-bagi manusia ke dalam beberapa kelompok.

Namun, Profesor Jayne Ifekwunigwe; Peneliti Senior dari Duke Center on Genomics, Race, Identity, Difference (GRID); menolak pandangan ini. Sebagaimana dilansir dari Live Science, baik ras maupun suku mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan. Pembagian yang dilakukan berdasarkan ras dan suku juga memengaruhi beberapa aspek sekaligus.

Tak jarang, beberapa peristiwa besar di dunia, seperti peristiwa Holocaust, disebabkan oleh pembagian yang sama. Karena pengaruh yang sangat besar tersebut, konsep pembagian suku dan ras seharusnya tidak dipandang sebagai konstruksi sosial semata. “Dengan mempelajari ras dan suku, kita dapat mengetahui bagaimana dunia bekerja,” ujar Ifekwunigwe seperti dikutip dari Live Science, 8 Februari 2020.

Secara singkat, perbedaan antara ras dan suku terletak pada perbedaan dua sudut pandang keilmuan yang digunakannya. Konsep ras menggunakan cara pandang biologi untuk melakukan klasifikasi. Sementara itu, konsep suku menggunakan cara pandang ilmu sosial dan ilmu budaya untuk melakukan klasifikasi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tak hanya itu, perbedaan sudut pandang keilmuan tersebut berimplikasi pada cakupan keduanya. Konsep ras lebih sempit daripada konsep suku. Bahkan, sebagaimana dilansir dari National Geographic, ras sendiri merupakan salah satu komponen yang digunakan untuk mengklasifikasi suku.

BANGKIT ADHI WIGUNA

Baca: Unik, Sistem Pemilihan Pemangku Adat Suku Andio di Banggai

 

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Iklan Magang Bernada Rasis di Inggris Menuai Protes

10 hari lalu

Pasar Leadenhall, London, Inggris. Foto: Dilif/Atlas Obscura
Iklan Magang Bernada Rasis di Inggris Menuai Protes

Iklan magang yang dimuat oleh Stuart Ross Communications di media sosial menuai kecaman karena hanya untuk pelamar non-kulit putih.


Perjuangkan Hutan Adat, Suku Awyu Minta Komnas HAM Bentuk Tim Advokasi

23 hari lalu

Masyarakat adat suku Awyu, Papua Selatan melakukan audiensi dengan Komnas HAM di Jakarta Pusat, Selasa, 9 Mei 2023. dok: Nabiila Azzahra/Tempo
Perjuangkan Hutan Adat, Suku Awyu Minta Komnas HAM Bentuk Tim Advokasi

Suku Awyu asal Papua melakukan audiensi dengan Komnas HAM terkait hutan adat yang terancam konsesi perusahaan sawit, Selasa, 9 Mei 2023.


Asal usul Kun Bokator, Seni Bela Diri Kamboja di SEA Games 2023

26 hari lalu

Atlet Kun Bokator putra Indonesia, Alfadhila Ramadhan, bertanding pada nomor seni SEA Games 2023 di Chrouy Changvar Convention Center, Phnom Penh, Kamboja, Kamis, 4 Mei 2023. Alfadhila berhasil meraih medali perak dengan skor 7,67. ANTARA/Muhammad Adimaja
Asal usul Kun Bokator, Seni Bela Diri Kamboja di SEA Games 2023

Kun Bokator pertama kalinya dipertandingkan sekaligus olahraga identitas yang diikutsertakan Kamboja dalam SEA Games 2023.


Kota Depok Siapkan Puluhan Ribu Makanan Gratis dan 2 Tiket Umrah Besok, Puncak HUT

32 hari lalu

Sejumlah karangan bunga di lingkungan Balaikota Depok dalam rangka HUT ke-24 Kota Depok, Kamis, 27 April 2023. TEMPO/Ricky Juliansyah
Kota Depok Siapkan Puluhan Ribu Makanan Gratis dan 2 Tiket Umrah Besok, Puncak HUT

Pemerintah menyiapkan puluhan ribu makanan gratis hingga doorprize dua tiket umrah saat perayaan puncak HUT ke-24 Kota Depok, besok.


Saat 400 Penari Pukau Warga dalam Aksi Kolosal Jogja Joged

32 hari lalu

Seniman tari dari lima kabupaten/kota DIY saat beraksi dalam event Jogja Joged yang dipusatkan di Kabupaten Kulon Progo. Dok.istimewa
Saat 400 Penari Pukau Warga dalam Aksi Kolosal Jogja Joged

Pertunjukan tari kolosal ini diawali Tari Jogja Joged yang dikemas sebagai tarian masterpiece dari event inin dan diikuti 400-an penari.


Jadi Magnet Pasca Lebaran, Tradisi Kupatan Trenggalek Akan Masuk Kalender Wisata Daerah

33 hari lalu

Ratusan warga Tirtonadi mengikuti Kirab Kupatan di kawasan Kelurahan Gilingan, Tirtonadi, Surakarta, Jawa Tengah, 15 Juli 2017. Tempo/Bram Selo Agung
Jadi Magnet Pasca Lebaran, Tradisi Kupatan Trenggalek Akan Masuk Kalender Wisata Daerah

Tradisi Kupatan akan dimasukkan ke dalam kalender wisata daerah Trenggalek


Budaya Pukul Manyapu di Maluku Harapannya Jadi Agenda Wisata Nasional

33 hari lalu

Atraksi Pukul Manyapu di Negeri Mamala Maluku/Antara
Budaya Pukul Manyapu di Maluku Harapannya Jadi Agenda Wisata Nasional

Kegiatan budaya "Pukul Manyapu" dari Maluku diharapkan bisa jadi agenda wisata nasional


KBRI Bogota Promosi Budaya Indonesia di Universitas Militar Nueva Granada

34 hari lalu

KBRI Bogota Promosi tentang Indonesia di salah satu lembaga pendidikan tinggi Militer di Bogota yaitu Universitas Militar Nueva Granada, 27 April 2023. Sumber: dokumen KBRI Bogota
KBRI Bogota Promosi Budaya Indonesia di Universitas Militar Nueva Granada

KBRI Bogota melakukan acara promosi budaya Indonesia di Universitas Militar Nueva Granada, Kolombia.


50 Tahun Hubungan Bilateral Indonesia-Korea, KBRI Bikin Program Promosi Budaya

34 hari lalu

Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Gandi Sulistiyanto memberikan kuliah umum di Busan University of Foreign Studies pada 27 April 2023. Sumber: dokumen KBRI Seoul
50 Tahun Hubungan Bilateral Indonesia-Korea, KBRI Bikin Program Promosi Budaya

Dalam rangka memperingati 50 tahun hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan, KBRI Seoul membuat serangkaian acara promosi budaya.


Harvard dan UNC Terancam Kehilangan Keberagaman Ras, Ini Sebabnya

29 Maret 2023

Seseorang memegang payung dengan  logo Harvard saat demonstran berkumpul mendukung tindakan afirmatif, karena Mahkamah Agung AS akan mempertimbangkan apakah perguruan tinggi dapat terus menggunakan ras sebagai faktor dalam penerimaan siswa dalam dua kasus,  di Washington, AS 31 Oktober 2022. REUTERS/Jonathan Ernst
Harvard dan UNC Terancam Kehilangan Keberagaman Ras, Ini Sebabnya

Harvard dan UNC terancam kehilangan kelompok minoritas, jika MA mengeluarkan larangan pertimbangan ras dalam seleksi mahasiswa baru