TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Klara Yuliarti, membeberkan pentingnya air susu ibu atau ASI bagi bayi yang baru lahir. Menurutnya, pemberian ASI adalah hal yang wajib dilakukan seorang ibu kepada anaknya yang baru lahir.
Dalam acara webinar bertajuk "Upaya Perlindungan, Promosi dan Dukungan Ibu Menyusui di Indonesia: dari Riset ke Masyarakat", Klara menjelaskan bahwa memberikan ASI adalah investasi seorang ibu untuk anaknya. “Bentuk investasi artinya bekal terbaik dari ibu ke bayinya,” ujar dia, Sabtu, 7 Agustus 2021.
Klara yang merupakan Dokter Spesialis Anak Konsultan itu melanjutkan, menyusui memang sudah menjadi hal yang sangat populer bagi ibu yang baru melahirkan. Namun, menyusui bukanlah suatu proses yang alamiah saja, tapi ada hal-hal yang perlu diperhatikan mulai dari nutrisinya hingga pengaplikasiannya.
Dan rata-rata orang tua berharap bahwa dengan menyusui, bayinya menjadi pintar dan sehat. “Karena seorang anak itu kan prinsipnya adalah tumbuh kembang, tumbung dengan sehat dan berkembang menjadi anak yang pintar,” katanya menambahkan.
ASI, Klara berujar, merupakan susu yang spesifik, artinya air susu ibu manusia untuk bayi manusia. Sebagai perbandingan, misalnya dengan kelinci. Pola pertumbuhan manusia itu berbeda dengan kelinci, manusia usia 0-2 tahun mengalami pertumbuhan pesat, kemudian perlahan nanti ada fase pertumbuhan pesat lagi pada remaja. Kalau kelinci itu dalam waktu beberapa bulan saja sudah besar.
Sehingga, anggota Satuan Tugas ASI dari Ikatan Dokter Anak Indonesia itu menambahkan, hal itu menjadi pertimbangan ketika seorang ibu sakit dan tidak bisa memberikan ASI, artinya harus ada pengganti. “Ini adalah salah satu yang harus dilihat.”
Selain itu, dari segi nilai gizi, ASI juga sangatlah berbeda, termasuk dengan susu sapi atau yang dikenal susu formula, kandungan lemak dan protein pada ASI dan susu sapi berbeda. Klara juga mengingatkan bahwa tidak ada susu pengganti ASI. Susu sapi disebutnya bukan pengganti ASI, tapi tersedia secara luas.
Dulu, susu sapi dikenal sebagai makanan pendamping ASI (MPASI), tapi sekarang tidak lagi, dan cukup disebut sebagai susu formula. “Susu formula bukan pengganti ASI, karena tidak ada susu pengganti ASI,” tutur dia menegaskan.
ASI memiliki macronutrient yang sangat baik bagi bayi. Di dalam ASI tidak hanya terdapat laktosa—bentuk karbohidrat—ada faktor bioaktif dari karbohidrat lain, yang bukan termasuk dalam nutrisi. Jadi, Klara menambahkan, tidak dicerna secara langsung untuk menghasilkan masa lemak dan masa otot.
Selain itu, di dalam ASI juga ternyata ada komponen oligasoccharide yang merupakan salah satu dari tiga komponen tertinggi setelah laktosa dan lemak. “Lebih tinggi dari protein yang mungkin tidak sampai 10 persen total dari kompenen ASI, ini adalah faktor bioaktif,” ujar dia.
Perbedaan-perbedaan tersebut, menurut Klara, sudah diteliti sebelumnya, dan 70 persen protein dalam ASI itu sangat mudah diserap, ditambah dengan 30 persen casein. Hal itu menyebabkan pengosongan lambung pada bayi cepat, sehingga bayi bisa cepat lapar ketika mengonsumsi ASI.
“Ada juga profil asam aminonya yang juga berbeda dengan susu sapi. Kemudian yang kita garis bawahi juga ASI itu mengandung LCPUFA, AA dan DHA yang tidak ada di susu sapi,” tutur Klara sambil menambahkan bahwa kandungan ini memiliki banyak manfaat terhadap tumbuh kembang bayi.
Kandungan lainnya adalah zat besi yang dari awal sudah rendah. Serta zinc yang awalnya tinggi kemudian bisa menurun, ini nanti berkaitan dengan kapan waktu bayi harus mulai dapat makan, yaitu pada usia enam bulan.
Baca:
Lampaui Samsung dan Apple, Xiaomi Pimpin Pasar Smartphone Global pada Juni