TEMPO.CO, Jakarta - Varian baru Covid-19, C.1.2, telah terdeteksi di Afrika Selatan dan sejumlah negara lain. Menurut studi pracetak dari South Africa's National Institute for Communicable Diseases dan KwaZulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform, virus itu memunculkan kekhawatiran bahwa varian itu bisa lebih menular dan mengurangi efektivitas vaksin.
Para ilmuwan pertama kali mendeteksi C.1.2 pada Mei 2021, menemukan bahwa itu adalah turunan dari C.1, yang mengejutkan mereka karena C.1 terakhir terdeteksi pada Januari. Menurut mereka varian baru telah bermutasi secara substansial dibandingkan dengan C.1.
“Dan lebih banyak mutasi dari virus asli yang terdeteksi di Wuhan daripada Variant of Concern (VoC) atau Variant of Interest (VoI) lainnya yang terdeteksi sejauh ini di seluruh dunia,” ujar para peneliti, seperti dikutip Jerusalem Post, Minggu, 29 Agustus 2021.
Sementara pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, C.1.2 sejak itu telah ditemukan di Inggris, Cina, Republik Demokratik Kongo, Mauritius, Selandia Baru, Portugal dan Swiss. Para ilmuwan percaya bahwa jumlah urutan C.1.2 yang tersedia mungkin kurang mewakili penyebaran dan frekuensi varian di Afrika Selatan dan di seluruh dunia.
Studi yang menunggu peer review itu menemukan peningkatan yang konsisten dalam jumlah genom C.1.2 di Afrika Selatan setiap bulan, meningkat dari 0,2 persen genom yang diurutkan pada Mei menjadi 1,6 persen pada Juni, dan kemudian menjadi 2 persen pada Juli, serupa dengan peningkatan yang terlihat pada varian Beta dan Delta.
Studi ini juga menemukan bahwa garis keturunan C.1.2 memiliki tingkat mutasi sekitar 41,8 mutasi per tahun, yang hampir dua kali lebih cepat dari tingkat mutasi global saat ini dari varian lainnya. Para ilmuwan menjelaskan, periode singkat peningkatan evolusi ini juga terlihat pada varian Alpha, Beta dan Gamma, menunjukkan bahwa satu peristiwa, diikuti oleh lonjakan kasus, mendorong tingkat mutasi yang lebih cepat.
Lebih dari setengah urutan C.1.2 memiliki 14 mutasi, tapi mutasi tambahan diperhatikan di beberapa urutan, menunjukkan bahwa evolusi dalam garis keturunan sedang berlangsung. Mutasi N440K dan Y449H, yang telah dikaitkan dengan pelepasan antibodi tertentu, juga terlihat pada rangkaian C.1.2.
“Kombinasi mutasi ini, serta perubahan di bagian lain dari virus, kemungkinan membantu virus menghindari antibodi dan respons imun, termasuk pada pasien terinfeksi varian Alpha atau Beta,” kata peneliti.
Para ilmuwan menambahkan bahwa pekerjaan lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak dari mutasi ini dan melihat apakah mereka merupakan varian dengan keunggulan kompetitif di atas varian Delta. Studi ini dilakukan ketika seorang dokter di Turki melaporkan indikasi bahwa Covid-19 varian baru telah terdeteksi di negara itu, dengan tes mendeteksi mutasi yang tidak ditemukan pada varian saat ini yang dinamai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
JESUSALEM POST | INDIA NEWS REPUBLIC
Baca:
Akhir PPKM, Covid-19 Yogya Pecah Rekor Terendah di Bawah 400 Kasus