TEMPO.CO, Bandung - Tim uji klinis akhir vaksin Anhui di Indonesia dikabarkan telah selesai melakukan penelitian. Mereka kini tengah menyiapkan syarat untuk pengajuan izin penggunaan darurat (EUA) vaksin Covid-19 ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
“Sudah tiga kali penyuntikan relawan, sudah selesai disuntik semua,” kata peneliti utama riset itu, Rodman Tarigan, Senin 30 Agustus 2021.
Sama seperti vaksin Sinovac yang berasal dari Cina, uji klinis vaksin Anhui digarap tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad). Beberapa yang terlibat dalam tim uji vaksin Anhui juga dari tim uji vaksin Sinovac, termasuk Rodman.
Waktu riset vaksin Anhui dimulai Maret lalu dengan melibatkan 2.000 orang relawan di Bandung. Dari total 4.000 orang relawan, separuh lainnya berlokasi di Jakarta.
Relawan yang terlibat dalam uji klinis itu disyaratkan sehat, belum mendapat vaksinasi Covid-19, berusia 18 tahun hingga lanjut usia, dan berasal dari kalangan apa pun. Imunisasi tiap relawan dilakukan selang satu bulan hingga tiga kali suntikan. Dari rencana awal selama 14 bulan, uji klinis dipercepat menjadi 6 bulan karena penyuntikan sudah selesai.
Calon vaksin Covid-19 buatan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical Co. Ltd. asal Cina itu menggelar uji klinis fase tiga atau tahap akhir di beberapa negara. Secara global, kata Rodman, uji klinis vaksin Anhui fase akhir ini melibatkan total 29 ribu orang di berbagai negara, seperti di Uzbekistan, Ekuador, Pakistan, Indonesia, dan Cina.
Sebelumnya, vaksin Covid-19 Anhui telah menjalani uji klinis fase awal dengan melibatkan 50 orang subyek penelitian. Adapun fase kedua melibatkan 900 orang relawan. Hasil dari dua uji klinis ini diklaim aman dan memberikan kekebalan yang tinggi. Anhui mengembangkan jenis vaksin rekombinan.
Dari laman Unpad, platform vaksin itu diambil dari spike glikoprotein atau bagian kecil virus yang akan memicu kekebalan tubuh saat disuntikkan ke tubuh manusia. Metode ini berbeda dengan jenis vaksin Sinovac yang berasal dari virus yang dimatikan. Secara teori, menurut Rodman, vaksin rekombinan menimbulkan daya tahan tubuh lebih lama dibanding virus yang dimatikan.
Dia mencontohkan jenis vaksin rekombinan Hepatitis B. Berdasarkan hasil penelitian, penyuntikan tiga kali vaksin tersebut akan memberikan kekebalan yang lebih lama. “Secara teori, vaksin rekombinan bisa menimbulkan kekebalan lebih lama dan memberikan perlindungan lebih lama juga, mungkin bisa sampai dua tahun. Namun, teori itu harus dibuktikan dengan uji klinis,” ujarnya.
Untuk uji klinis fase III vaksin Covid-19 Anhui ini, tim riset Unpad bekerja sama dengan PT. BCHT Bioteknologi Indonesia sebagai perusahaan penanaman modal asing dari Anhui. Beberapa hal yang ditanyakan seperti efikasi vaksin dan relawan yang terkena Covid-19, Rodman tidak menjelaskan. “Nanti dijawab setelah EUA BPOM,” katanya.
Baca:
Unpad Mulai Uji Klinis Fase 3 Vaksin Covid-19 Rekombinan Anhui