TEMPO.CO, Jakarta - International Union for Conservation of Nature memuji konservasi Owa Hainan (Hainan Gibbon) di Cina sebagai contoh sukses upaya menjaga keanekaragaman hayati dunia. IUCN mengungkapnya di sela-sela Kongres Konservasi Dunia ke-7 di Marseille, Prancis, pada Minggu, 5 September 2021.
Owa Hainan, jenis owa paling terancam dan primata terlangka di dunia, adalah satwa endemik di Hainan, pulau di selatan Cina. Menurut laporan yang disampaikan dalam kongres secara online maupun langsung, populasi Owa Hainan sudah meningkat dari hanya 7-9 individu pada 1980-an kini menjadi 35.
Data terbaru itu diungkap dalam laporan berjudul ‘Studi Kasus Owa Hainan: Menyelamatkan Spesies Terancam Punah secara Efektif’ yang ditulis 15 pakar dari 11 organisasi konservasi dunia. Laporan dirilis lewat konferensi pers yang digelar berbarengan antara Marseille dan Haikou, ibu kota Provinsi Hainan.
“Kesuksesan dicapai berkat proteksi yang efisien oleh pemerintah lokal maupun pusat di Cina yang dikombinasikan dengan upaya ilmuwan serta komunitas konservasi di Cina dan internasional untuk memahami ekologi perilaku dari owa-owa ini,” kata Susan Cheyne, spesialis kera kecil di IUCN Species Survival Commission (SSC), dalam video konferensi pers.
Disebut sebagai ‘Giant Panda dari Hainan’ jenis kera ini hanya bisa ditemukan di Cagar Alam Bawangling yang merupakan bagian dari Taman Nasional Hutan Hujan Tropis Hainan. Pada Maret lalu, tim pemantauan menemukan pada dua kelompok populasi Owa Hainan telah ketambahan bayi berusia 7 dan 6 bulan.
“Monitoring kontinyu menunjukkan kedua bayi kera sehat dan tumbuh baik,” kata Huang Jincheng, Direktur Departemen Kehutanan Provinsi Hainan, dalam konferensi pers. Dia menambahkan, “Sejauh ini, populasi Owa Hainan telah berkembang menjadi lima kelompok dengan total 35 individu.”
Russell Mittermeier, kepala Grup Spesialis Primata SSC di IUCN, juga berharap buah manis konservasi Owa Hainan bisa ditularkan kepada anggota primata lainnya yang populasinya terancam. “Ini adalah contoh sangat penting dari bagaimana kita bisa memiliki kesuksesan konservasi bahkan ketika sebuah spesies telah turun sampai ke level yang sangat rendah,” katanya.
Vance Martin, presiden WILD Foundation yang berbasis di Amerika Serikat, mengatakan kasus Owa Hainan semakin istimewa karena jumlah populasinya yang tersisa sudah sangat rendah. Dia tak lupa menyebut peran keberhasilan upaya konservasi itu dari komunitas lokal yang memang benar-benar peduli.
“Meletakkan gambar besar peradaban ekologi untuk bisa berjalan secara lokal di kawasan-kawasan tertentu dengan pelibatan komunitas seperti yang dilakukan dengan Owa Hainan di Cina, adalah apa yang perlu dilakukan dunia,” katanya.
XINHUA
Baca juga:
Sekeluarga Lutung dan Owa Jawa Tambah Penghuni Gunung Tilu Bandung