TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, membeberkan sebab meningkatnya kembali kasus baru Covid-19 di Singapura dan Australia. Dua negara tetangga Indonesia ini sebenarnya sempat menjalani penularan yang melandai.
Menurut Tjandra, yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, kenaikan kasus tersebut pada keduanya setelah penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM dilonggarkan. “Negara-negara tersebut mulai mempertimbangkan bagaimana bentuk pelonggaran lockdown,” ujar dia melalui pesan WhatsApp, Jumat 24 September 2021.
Di Singapura, pada 10 Juli 2021, penambahan kasus Covid-19 baru hanya tercatat enam orang. Rata-rata tujuh hariannya bahkan hanya 11 orang. Tapi, pada Kamis, 23 September 2021, kasus baru sudah naik menjadi sebanyak 1.504 orang—angka Covid-19 harian tertinggi di negara kecil itu sejak awal pandemi.
"Sementara, dari segi vaksinasi, sekitar 82 persen warga Singapura sudah disuntik secara lengkap atau dua kali," kata Tjandra.
Sedangkan di Australia, pada 11 Juni lalu kasus barunya malah hanya 3 orang, dengan rata-rata tujuh hari sebanyak 11 orang yang terinfeksi. Pada 11 September, kasus baru naik menjadi 2.032 orang, lalu turun menjadi 1.609 orang pada 21 September.
Per 22 September, sebanyak 39,5 persen warga Negeri Kanguru itu pun sudah divaksin lengkap dua dosis. Target dari Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO adalah setiap negara dapat memvaksinasi setidaknya 40 persen penduduknya pada akhir tahun ini--yang akan dicapai Australia dalam beberapa ke depan.
Tjandra berharap Indonesia bisa belajar dari apa yang terjadi di dua negara itu. “Memang dengan penurunan kasus, di negara manapun, maka pelonggaran memang dapat dilakukan, tapi dengan beberapa syarat,” tutur Tjandra.
Syarat tersebut di antaranya adalah pelonggaran PPKM dilakukan secara bertahap, berhati-hati, dan dipantau ketat dengan tes yang memadai—termasuk whole genome sequencing untuk mendeteksi varian baru. Serta jika ada peningkatan, maka bentuk pelonggaran perlu ditinjau kembali.
Tjandra yang kini juga menjadi Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta itu juga menambahkan, India sudah mampu menekan kasus barunya, dari yang tertinggi 414.188 pada 6 Mei 2021 menjadi 31.923 orang pada 22 September 2021. Namun, meskipun kasus sudah turun tajam, India tetap mempertahankan jumlah tes yang dilakukan.
“Pada 22 September, India melakukan tes terhadap 1.527.443 sampel Covid-19, dan karena penduduk kita seperempat India maka target 400.000 tes sehari di negara kita nampaknya layak untuk dicapai,” ujar Tjandra menambahkan.
Baca juga:
WHO Rilis Pedoman Baru Kualitas Udara, Perubahan pada 6 Polutan Klasik