TEMPO.CO, Bandung - Rektorat Institut Teknologi Bandung (ITB) membuka kampus kembali pada Senin, 27 September 2021, setelah 18 bulan ditutup gara-gara pandemi Covid-19. Rektor ITB Reini D. Wirahadikusumah mengatakan pihaknya tidak naif menganggap pandemi sekarang ini sudah selesai.
“Tetapi kita mengambil kesempatan dengan risiko terukur, persiapan yang baik dan bertahap,” ujarnya di acara pembukaan kampus kembali ITB Jalan Ganesha, Bandung.
Menurutnya, pihak rektorat akan mengevaluasi perkuliahan tatap muka dan situasi pandemi Covid-19 yang berkembang. “Ketika kondisi tidak memungkinkan, kita tarik rem, kita sudah punya strateginya,” kata Reini. Dia juga mengingatkan mahasiswanya untuk aktif mendapatkan vaksinasi.
ITB memprioritaskan sivitas akademika yang sudah mendapat vaksinasi Covid-19. Dari hasil survei sekitar sebulan lalu, kata Reini, baru 70 persen mahasiswa yang divaksin. “Bagi yang belum, kami akan wajibkan vaksinasi ini untuk siapa pun yang masuk kampus,” ujarnya. Mahasiswa ITB dari luar kota Bandung harus menjalani karantina mandiri 14 hari, atau karantina mandiri 5 hari dan melakukan rapid tes antigen.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB Jaka Sembiring mengatakan pihaknya telah membuat panduan kuliah tatap muka. Panduan itu ditujukan bagi sivitas akademika termasuk orang tua atau wali mahasiswa. “Kegiatan pembelajaran tatap muka ini bukan euforia, tapi terukur untuk meningkatkan atau membangun kembali atmosfer akademik,” ujarnya di acara yang sama.
Pada semester baru ini, ITB memprioritaskan kegiatan praktikum, workshop, atau kuliah lapangan, yang sifatnya pembelajaran berbasis pengalaman (experience learning). Selain itu pintu kampus juga terbuka untuk mahasiswa yang melakukan proses sidang secara luring atau hybrid. “Perpustakaan juga dibuka dengan kapasitas maksimal 25 persen,” kata Jaka.
Dia mengakui kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini sangat dinamis. Kegiatan perkuliahan langsung dapat sewaktu-waktu dihentikan. Jaka merujuk kejadian pada Juli lalu ketika kuliah langsung diberhentikan setelah baru 10 hari berjalan. “Ada kesempatan kita manfaatkan seoptimal mungkin tapi kesempatan itu tidak bisa dijamin keberlangsungannya,” ujar dia.
Setiap fakultas atau sekolah di ITB punya kebijakan masing-masing untuk menampung perkuliahan daring. Di Sekolah Bisnis dan Manajemen misalnya, hanya selusin mahasiswa yang kuliah di ruangan. “Sisanya di rumah masing-masing,” kata Naomi Sianturi Haswanto, Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB.