TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang dilakukan tim ahli di Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC) telah membandingkan respons imun yang disebabkan oleh tiga vaksin Covid-19 selama periode tindak lanjut delapan bulan, yaitu vaksin berbasis mRNA yang dikenal sebagai BNT162b2 (Pfizer-BioNTech), mRNA-1273 (Moderna), dan vaksin satu kali suntikan Ad26.COV2.S (Johnson & Johnson).
Mereka mengevaluasi 61 peserta dari berbagai tingkat antibodi, sel T dan produk kekebalan lainnya pada dua hingga empat minggu setelah imunisasi lengkap—waktu kekebalan puncak—hingga delapan bulan setelah vaksinasi.
Selain itu, ada 31 peserta menerima vaksin BNT162b2, 22 menerima vaksin mRNA-1273 dan delapan menerima vaksin Ad26.COV2.S. “Vaksin mRNA ditandai dengan respons antibodi puncak tinggi yang menurun tajam pada bulan keenam dan menurun lebih lanjut pada bulan kedelapan,” ujar penulis studi Dan H. Barouch, direktur Pusat Penelitian Virologi dan Vaksin di BIDMC, Jumat, 15 Oktober 2021.
Barouch membantu mengembangkan platform vaksin Ad26 bekerja sama dengan Johnson & Johnson. Menurutnya, vaksin Ad26 suntikan tunggal menginduksi respons antibodi awal yang lebih rendah. “Tetapi respons ini umumnya stabil dari waktu ke waktu dengan sedikit atau tanpa bukti penurunan."
Tim yang penelitiannya diterbitkan di New England Journal of Medicine juga menemukan bahwa mRNA-1273 menimbulkan respons antibodi yang umumnya lebih tinggi dan lebih tahan lama daripada BNT162b2. Ketiga vaksin menunjukkan reaktivitas silang yang luas terhadap varian SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.
Temuan ini memiliki implikasi penting untuk memahami bagaimana kekebalan vaksin dapat berkurang seiring waktu. Namun, para peneliti menunjukkan bahwa tanggapan kekebalan yang tepat yang diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap SARS-CoV-2 belum ditentukan.
Penulis studi lainnya, Ai-ris Y. Collier, menerangkan, meskipun tingkat antibodi penetralisir menurun, respons sel T yang stabil dan fungsi antibodi non-penetral pada 8 bulan dapat menjelaskan bagaimana vaksin terus memberikan perlindungan yang kuat terhadap Covid-19 yang parah. "Mendapatkan vaksinasi (bahkan selama kehamilan) masih merupakan alat terbaik yang kita miliki untuk mengakhiri pandemi,” tutur Collier, seorang spesialis kedokteran ibu-janin di BIDMC.
MEDICAL XPRESS | NEW ENGLAND JOURNAL OF MEDICINE
Baca:
FDA dan CDC Mulai Evaluasi Suntikan Vaksin Booster Moderna dan Janssen
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.