TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana mengganti gas konsumsi Liquified Petroleum Gas (LPG) dengan Dimethyl Ether (DME). DME ditargetkan akan menggantikan peran LPG pada 2035. Rencana tersebut dilatarbelakangi oleh subsidi LPG yang selama ini tidak tepat sasaran.
Dilansir dari ejurnal2.bppt.go.id, DME digadang-gadang menjadi pengganti LPG karena keduanya memiliki karakter yang hampir mirip. Meskipun demikian, DME memiliki berbagai karakteristik tersendiri yang membuatnya berbeda dengan LPG.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini tiga fakta mengenai DME:
1. DME Dibuat dari Batu Bara Rendah Kalori
Selama ini, LPG dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang diimpor karena bahannya sukar dicari di Indonesia. Dilansir dari bisnis.com, hal tersebut berbeda dengan DME yang dibuat dari batu bara rendah kalori yang suplainya melimpah di seluruh negeri. Jumlah batu bara berkalori rendah di Indonesia diperkirakan mencapai 20 miliar ton. Permintaan di pasarnya pun tidak terlalu tinggi sehingga jumlahnya diperkirakan akan tetap melimpah.
2. DME Dapat Dibuat dari Berbagai Sumber Bahan Sekaligus
Selain batu bara berkalori rendah, DME ternyata bisa dibuat dari berbagai sumber lain. Dilansir dari litbang.esdm.go.id, berbagai sumber bahan, baik bahan bakar fosil maupun bahan yang bisa diperbarui, dapat digunakan untuk membuat dan mengembangkan DME. Hal tersebut membuat DME lebih murah dari LPG karena bahan-bahannya lebih mudah ditemukan. Bahan-bahan yang umumnya digunakan untuk pembuatan DME, antara lain batu bara, biomassa, dan minyak bumi.
3. DME Ramah Lingkungan
Fitur ramah lingkungan juga menjadi latar belakang pemilihan DME sebagai pengganti LPG. Dilansir dari petrominer.com, DME lebih mudah terurai di udara sehingga diperkirakan tidak mudah merusak lapisan ozon. DME diperkirakan juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 20 persen.
BANGKIT ADHI WIGUNA
Baca juga: Direncanakan Jadi Pengganti LPG, Apa Itu Dimethyl Ether (DME)?