Dengan kesuksesan itu, Thomas memutuskan mencurahkan seluruh waktunya untuk eksperimen. Hingga pada 1870-an, dia mendapat reputasi sebagai penemu kelas satu. Thomas mendirikan laboratorium kecil di Newark, dan mempekerjakan sejumlah asisten.
Kemudian pada 1876, Thomas mengembangkan perusahaannya ke Menlo Park, New Jersey, dan mendirikan fasilitas penelitian industri. Saat itu, Western Union memintanya untuk mengembangkan alat komunikasi yang bisa menyaingi telepon yang ditemukan Alexander Graham Bell. Namun dia tidak melakukannya.
Hingga Desember 1877, Thomas mengembangkan metode perekaman suara yang dikenal fonograf. Setahun setelahnya, Thomas mulai mengembangkan sistem penerangan listrik, sesuatu yang dia harap bisa menyaingi lampu tradisional dari minyak tanah maupun gas.
Setelah melakukan banyak percobaan, Thomas mulai fokus kepada bahan pijar dari filamen karbon dan sukses di tes pertama pada 22 Oktober 1879.
Saat itu, lampunya berhasil bertahan selama 13,5 jam. Beberapa bulan kemudian, Thomas dan timnya menemukan bahan yang lebin bagus dalam karbon bambu, dan membuat lampu bertahan hingga 1.200 jam.
Pada 1887, Thomas membangun fasilitas penelitian industri di West Orange, New Jersey, yang menjadi pusat pengembangan perusahaan listriknya. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengawasi teknologi lampu dan sistem listrik, serta menyempurnakan fonograf dan mengembangkan gambar bergerak atau film.
Thomas Alva Edison meninggal dunia pada 18 Oktober 1931 dalam usia 84 tahun di kediamannya, Glenmont, di Llewellyn Park, West Orange karena komplikasi diabetes. Saat dia meninggal, perusahaan dan komunitas di seluruh dunia mematikan lampu dan listriknya sebagai bentuk penghormatan kepadanya.
Baca : Kalau Bukan Karena Thomas Alva Edison, Mungkin Hollywood Tak Ada
WINDA OKTAVIA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.