TEMPO.CO, Jakarta - Wawancara kerja belakangan ini ikut diwarnai pertanyaan terkait pandemi. Menurut dosen psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) dari Departemen Psikologi Industri dan Organisasi, Rezki Ashriyana Sulistiobudi, beberapa instansi pemerintah dan swasta menanyakan pengaruh pandemi bagi pelamar kerja. “Kenapa perusahaan bertanya soal ini, berati kan ada sesuatu di baliknya,” kata Rezki kepada Tempo, Jumat 11 Februari 2022.
Menurut dia, tren perusahaan sekarang yaitu mencari para lulusan pelamar kerja yang tidak hanya berdiam diri di masa pandemi Covid-19. Salah satu karakteristiknya adalah bagaimana mereka memanfaatkan masa pandemi ini untuk bisa terus mencari sesuatu dan tidak bergantung pada situasi di luar. “Tapi dia tahu harus mengembangkan diri ke arah mana,” ujar Rezki.
Di zaman yang cepat berubah seperti sekarang ini, menurutnya, institusi atau organisasi meminta calon pekerja yang gesit atau istilahnya agile (lincah). “Yang cepat bisa menyesuaikan, inisiatifnya ada, cerdas membaca situasi, pertanyaan-pertanyaan itu ingin melihat ke arah sana,” ujar dia.
Kementerian Tenaga Kerja lewat akun Instagram resminya mengunggah konten agar para pelamar kerja bersiap menghadapi jenis pertanyaan wawancara kerja yang berhubungan dengan pandemi dan menyiapkan jawaban terbaiknya. Pertanyaan yang dicontohkan seperti bagaimana pandemi mempengaruhi hidup pelamar kerja, bagaimana cara menghadapi tantangan saat bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Selain itu ada pertanyaan bagaimana cara mengelola waktu saat WFH, dan apa saja yang dilakukan untuk mengisi waktu selama pandemi. Rezki menilai pertanyaan seperti itu lebih condong ke calon pekerja ‘kerah putih’ alias kantoran. Sebagian lagi bagi pelamar kerja ‘kerah biru’ yang kerjanya dituntut menghasilkan ide baru atau inovasi seperti pada bidang teknologi informasi.
Rezki menyarankan para pelamar kerja tidak berbohong dalam menjawab pertanyaan terkait pandemi itu. “Tipsnya, sampaikan contohnya dari hal-hal yang kita lakukan, yang membuktikan bahwa kita bukan orang yang diam pada saat situasinya serba tidak memungkinkan,” ujarnya. Contohnya ikut berbagai webinar karena misalnya banyak konten penting untuk menambah wawasan.
Pihak perusahaan atau psikolog yang mewawancara pelamar, kata Rezki, bisa mengetahui jawaban bohong. “Kalau benar mengalami pasti akan bisa menjawab dengan rinci, situasinya bagaimana dan apa saja yang dilakukan,” kata dia. Selain dari jawaban, penilaian menyeluruh saat wawancara kerja meliputi seperti intonasi suara, cara bicara, kesantunan, gesture, dapat ditangkap meskipun secara daring.
ANWAR SISWADI
Baca juga: Cerita Ketua BEM Unpad kala Pandemi, dari Eksistensi Organisasi hingga Rindu Nongkrong
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.