TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Advokasi dan Kesejahteraan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Vokasi Universitas Airlangga (UNAIR) menggelar workshop Airlangga Vocational Scholarship (Airvoscho) 3.0. Acara itu menghadirkan Franky Jacobus Dimpudus selaku penerima Australian Awards Scholarship tahun 2017 dan Widya Khairunnisa Sarkowi sebagai penerima Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017. Workshop yang mengangkat tema “Dare to Grow Beyond Your Limits with Scholarship” ini dilaksanakan pada Sabtu, 2 April lalu secara daring.
Franky menjelaskan pentingnya beasiswa dalam mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan era society 5.0, terutama keterampilan yang menunjang program studi pendidikan. Sebagai alumni vokasi Radiologi UNAIR, Franky mengatakan, jurusannya memiliki banyak pilihan rencana karier kedepannya, termasuk spesialis aplikasi, radiografer klinis, entrepreneur, marketing, sampai akademisi.
“Ada banyak beasiswa seperti Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Erasmus, Fulbright, Australia Awards, bahkan beasiswa dapat diperoleh dari tempat kerja sesuai dengan jurusan yang dipilih,” ujar Frangky seperti dikutip di laman resmi UNAIR pada Rabu, 6 April 2022.
Dia mengatakan dengan belajar di luar negeri, mahasiswa dapat mendapatkan berbagai manfaat, mulai dari membuka perspektif baru, menjalin jaringan internasional, melatih hidup mandiri, sampai membuka peluang karier.
Menurut Franky, beasiswa Australia Awards diperuntukan siapapun, baik D4 bisa langsung ke S2. Selain mempersiapkan sejumlah dokumen seperti paspor, langkah pertama untuk mempersiapkan studi ke luar negeri, kata Franky, adalah meningkatkan kemampuan bahasa Inggris. Hal itu bisa dipelajari melalui media hiburan seperti Youtube. Nilai akademik, kata dia, juga perlu dipersiapkan dengan memiliki IPK minimal 3 atau lebih.
Tips Menulis Esai Untuk Beasiswa
Esai termasuk salah satu kunci dalam memperoleh beasiswa. Widya Khairunnisa Sarkowi sebagai penerima Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2017 mengatakan penulisan esai menjadi media self branding dan sumber pertanyaan saat wawancara.
Sebagai media self branding, lanjut Widya, sebaiknya memilih satu topik mengenai diri sendiri. Kemudian, membuat garis besarnya termasuk latar belakang, isi esai, dan kesimpulan. Dia mengatakan kalimat pertama esai akan menentukan penyeleksi beasiswa membacanya sampai selesai atau tidak. Pastikan agar menulis esai yang dapat menggaet penyeleksi akan potensi yang ada dalam diri.
Selain itu, Widya mengatakan diperlukan riset latar belakang penyeleksi beasiswa. Hal ini diperlukan agar pelamar betul-betul mengetahui seluk-beluk beasiswa yang akan diambil dan menyesuaikannya ke dalam esai.
“Misalnya beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi atau Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, menghadirkan akademisi atau profesional di bidang masing-masing. Karena itu, teman-teman harus memahami pihak penyelenggara beasiswa ingin kandidat ideal yang unggul,” ungkapnya.
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) juga mengajak para peserta yang hadir dalam webinar untuk dapat menulis esai seleksi beasiswa dengan menerapkan metode STAR, yaitu situation, task, action, dan result.
Baca juga:
Kisah Ratu, Mahasiswa Termuda UNAIR Umur 14 Tahun yang Hafal Al-Quran
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.