Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Musim Hujan Alami Perpanjangan Hingga Bulan Ini, Bahkan Lebih

image-gnews
Warga menggunakan payung saat berjalan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad, 24 Januari 2021. Jakarta diprediksi memasuki puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi pada Februari 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Warga menggunakan payung saat berjalan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad, 24 Januari 2021. Jakarta diprediksi memasuki puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi pada Februari 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Musim hujan berpotensi terus berlanjut atau mengalami perpanjangan. Menurut peneliti pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin, musim hujan yang seharusnya berakhir pada Maret dan berubah menjadi periode transisi hingga Mei menuju musim kemarau ternyata tidak terjadi.

Berdasarkan data satelit hujan atau Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP), akumulasi rata-rata intensitas curah hujan selama 10 harian atau dasarian masih berkisar 100-300 milimeter selama satu bulan terakhir di sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi basah di selatan Indonesia sejak akhir Maret hingga pertengahan April bahkan terus terjadi meskipun siklon tropis Malakas yang terbentuk dekat Filipina telah berdampak pada kondisi minim awan (clear sky) di barat Indonesia.

Hal itu menunjukkan aktivitas konvektif skala meso atau luas yang berpotensi menimbulkan hujan persisten tidak terjadi di barat Indonesia. Meski begitu, hujan di sebagian besar kawasan barat Indonesia seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan tetap terbentuk hampir setiap hari berupa hujan diurnal siang, sore, atau malam di atas daratan.

"Hujan harian atau diurnal ini lebih dipengaruhi oleh penguatan sirkulasi diurnal angin darat-laut atau angin gunung-lembah," ujarnya lewat keterangan tertulis, Senin 18 April 2021.

Indikasi hujan diurnal yang dibangkitkan oleh angin laut ini dapat pula diketahui dari pembentukan awan-awan cumulus tunggal yang terbentuk pada pagi menjelang siang sekitar pukul 09.00 WIB. Seiring dengan pemanasan radiasi matahari yang optimal pada siang, awan-awan tersebut pun tumbuh meninggi dan menyatu dengan awan-awan stratus di lapisan atasnya yang telah terbentuk merata di atmosfer pada hari-hari sebelumnya.

Di sisi lain, angin musim kemarau sudah mulai terbentuk khususnya di tenggara Indonesia meskipun tidak disertai dengan pengurangan intensitas hujan untuk sebagian besar wilayah Indonesia. “Hal ini membuktikan bahwa angin monsun tidak lagi menjadi penentu utama sifat musim hujan atau kemarau di Indonesia,” kata Erma.

Kondisi itu, menurutnya, telah dibuktikan selama beberapa tahun belakangan ini. Erma menuturkan, terdapat  variasi di atmosfer dengan skala intra-musiman (sub-seasonal) dan antar-tahunan (inter-annulal) yang lebih dominan dalam mengontrol musim di Indonesia akhir-akhir ini.

Ada 5 faktor di balik perpanjangan musim hujan 

Menurut Erma, perpanjangan musim hujan atau kecenderungan musim kemarau basah yang dapat terjadi di sebagian Pulau Jawa bagian tengah dan selatan pada tahun ini disebabkan oleh beberapa faktor utama. Pertama, peluang terjadinya perpanjangan La Nina hingga Mei 2022 dan bahkan mungkin terus berlanjut lebih panjang lagi. 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

20 jam lalu

Pengendara kendaraan bermotor berteduh menghindari terik matahari saat melintasi lampu merah Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa 7 Mei 2024. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa fenomena gelombang panas di sebagian wilayah Asia dalam sepekan terakhir tidak berkaitan dengan kondisi suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia. TEMPO/Subekti.
Kaji Efek Heatwave Asia, Peneliti BRIN Temukan Hot Spell 40 Derajat di Bekasi

Bukan heatwave yang mengancam wilayah Indonesia. Simak hasil kajian tim peneliti BRIN berikut.


Memasuki Musim Kemarau, 8 Tips Membeli AC untuk Mendinginkan Ruangan

21 jam lalu

Ilustrasi AC (air conditioner). TEMPO/Tony Hartawan
Memasuki Musim Kemarau, 8 Tips Membeli AC untuk Mendinginkan Ruangan

Saat ini, negara iklim tropis sudah mulai memasuki musim kemarau sehingga tidak sedikit orang membutuh air conditioner atau AC. Simak tipsnya.


Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

21 jam lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
Peneliti BRIN Studi Lutesium-177-PSMA untuk Obat Nuklir Kanker Prostat

Peneliti BRIN Rien Ritawidya mengembangkan studi Lutesium-177-PSMA untuk obat nuklir kanker prostat


Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

23 jam lalu

Ilustrasi Satelit LAPAN A3. pusteksat.lapan.go.id
Satelit NEO-1 Karya BRIN Masuki Tahap Penyelesaian, Diluncurkan Akhir 2024 atau Awal 2025

BRIN mengembangkan konstelasi satelit untuk observasi bumi. Satelit NEO-1 kini memasuki tahap penyelesaian akhir.


Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

1 hari lalu

Wallacea Week 2017 digelar di Perpustakaan Nasional mulai Senin, 16 Oktober 2017. Kredit: Kistin Septiyani
Profil Kawasan Wallacea, Surga Biodiversitas yang Diintai Ancaman Kerusakan Lingkungan

Kawasan Wallacea seluas 347 ribu kilometer persegi diisi 10 ribu spesies tumbuhan. Sebagian kecil dari jumlah tersebut sudah terancam punah.


Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

1 hari lalu

Ilustrasi gempa bumi
Peneliti BRIN Identifikasi Indikator Potensi Gempa Bumi di Sumatera Paling Selatan

Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN melakukan penelitian untuk mengidentifikasi indikator potensi gempa bumi di Sumatera bagian paling selatan.


Monyet Ekor Panjang Muncul di Pemukiman Sleman yang Berjarak 10 KM dari Gunung Merapi

1 hari lalu

Monyet ekor panjang terpantau warga di Sleman memasuki pemukiman sejak Minggu hingga Senin, 5-6 Mei 2024. (Dok. Istimewa)
Monyet Ekor Panjang Muncul di Pemukiman Sleman yang Berjarak 10 KM dari Gunung Merapi

Memasuki bulan kemarau awal Mei ini, warga di Dusun Rejodani, Sariharjo, Ngaglik, Sleman Yogyakarta dikagetkan dengan kemunculan sejumlah monyet ekor panjang


Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

1 hari lalu

Arsip - Seorang penarik becak membasuh wajahnya dengan air di antara cengkeraman suhu panas di Dhaka, Bangladesh, 20 April 2024. (Xinhua)
Peneliti BRIN: Suhu Panas Akhir-akhir ini Bentuk Suhu Tinggi, Bukan Heatwave

Menurut peneliti BRIN, suhu panas yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini kategorinya suhu tinggi, bukan gelombang panas atau heatwave.


'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

2 hari lalu

Papan nama Gedung BRIN di Jakarta. Foto: Maria Fransisca Lahur
'Bintang Jatuh' Terlihat di Yogyakarta dan Sekitarnya, Astronom BRIN: Itu Meteor Sporadis

Aastronom BRIN menyebut fenomena adanya bintang jatuh di Yogyakarta dan sekitarnya itu sebagai meteor sporadis.


Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

2 hari lalu

Anjungan Teluk Kendari. ANTARA/La Ode Muh Deden Saputra.
Kaya Aktivitas Perikanan dan Tambang, Teluk Kendari Mendangkal dengan Cepat

Teluk Kendari di kota Kendari mengalami pendangkalan yang dramatis selama sekitar 20 tahun terakhir. Ini kajian sedimentasi di perairan itu oleh BRIN.