"Kami akan meminta pemerintahan negara-negara yang terkait, termasuk Australia, untuk segera menghentikan aksi para aktivis yang sangat membahayakan itu," kata Shigeki Takaya, juru asisten direktur di Divisi Perikanan Laut Jauh, Kementerian Perikanan Jepang, Jumat (6/2).
Sea Shepherd adalah kapal berbendera Belanda milik Sea Sheperd Conservation Society. Mereka bertolak ke Laut Antartika dari perairan Australia awal Desember lalu. Nah, negara yang dibuat bertolak ini dikenal menentang keras kuota perburuan paus yang masih didapat Jepang dari International Whaling Commission--meski sudah ada moratorium perburuan paus--dengan dalih riset.
Baca Juga:
"Kami sudah berulang kali meminta pemerintah Belanda untuk menghentikan mereka (Sea Sheperd) mengganggu kami, tapi belum ada tanggapan sejauh ini," kata Chiharu Tsuruoka, jurubicara kementerian luar negeri Jepang.
Para pemburu paus dari Jepang dan kelompok aktivis lingkungan itu sudah terlibat bentrok, Senin (2/2) lalu. Saat itu awak Sea Sheperd melempari para pemburu menggunakan bom-bom bau dan bom-bom cat, serta mencoba memanjat kapal menggunakan tali.
Aksi militan itu dijawab dengan semprotan air tekanan tinggi dan senjata akustik yang diduga berklasifikasi militer. Sebanyak dua aktivis terluka.
Kali ini, yang dilakukan Sea Sheperd adalah mencoba menghalangi kapal motor Yushin Maru 2 yang ingin 'menyetor' paus buruannya untuk dinaikkan ke atas kapal penampung Nisshin Maru. Saat itulah Yushin Maru 1, kapal motor pemburu lainnya, mencoba menghalangi gerakannya.
"Saya tidak bisa menghindari tabrakan," kata Paul Watson, kapten kapal Steve Irwin, sambil meambahkan, "Situasi disini sangat, sangat chaos dan sangat agresif." Akibat tabrakan itu Yushin Maru 1 rusak, tapi tidak ada korban.
(BBC, AP)