TEMPO.CO, Jakarta - Sumber gempa di utara dipandang lebih mengancam daripada megathrust di selatan bagi bencana tsunami di wilayah Nusa Tenggara Timur. Tak hanya NTT tapi berlaku untuk seluruh wilayah Kepulauan Sunda Kecil yang mencakup pula Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengungkap itu berdasarkan kejadian tsunami yang dipicu sumber-sumber gempa itu. Menurut data BMKG, telah terjadi lebih dari 22 kali tsunami yang tercatat sejak 1600-an. Paling banyak ternyata akibat guncangan gempa di sesar naik Flores.
"Jika lihat dari sumber gempa yang di selatan, megathrust itu, ternyata lebih galak sumber gempa di utara NTT," ujar Daryono dalam ruang diskusi PRBBK Inklusif yang disiarkan daring, Jumat 13 Mei 2022.
Ditambahkannya, deretan titik gempa di utara Bali, Lombok, Sumbawa, Bima, Manggarai, dan Flores itu adalah sumber gempa aktif yang patut diwaspadai. Misalnya, pada sumber gempa berkekuatan 7,5 dalam Skala Richter di Sesar Flores pada 1820. Mengguncang NTB, NTT, dan Sulawesi, gempa dari Laut Flores itu memicu tsunami sampai Sumenep dan pantai selatan Sulawesi.
Tercatat bahwa gempa terasa sampai 5 menit dan tsunami setinggi 25 meter menyapu Pelabuhan Bulukumba. Daratan hingga sejauh 300—450 meter terendam serta menewaskan 500 orang.
Gempa signifikan M7,4 pada 14 Desember 2021 lalu juga menyebabkan tsunami namun kecil karena patahan mendatar. Didahului peringatan dini, tsunami itu dideteksi di pantai utara Manggarai dan laut Flores Timur yang didahului longsoran karena gempa itu. "Bila saat itu patahannya naik, tsunami dengan kekuatan seperti pada 1992 dapat terjadi kembali," kata Daryono.
Peta sebaran potensi tsunami pascagempa M7,4 yang terjadi di Laut Flores, NTT, pada Selasa 14 Desember 2021, pukul 10.20 WIB. Peta dibuat BMKG dengan kenaikan muka air laut maksimum didominasi 0-0,5 meter. (ANTARA/HO-BMKG/uyu)
Dari hasil pemodelan, jika sesar naik Flores aktif dengan kekuatan M7,4, tsunami yang terjadi bisa mencapai 3 meter di Labuan Bajo, Manggarai, Flores, Alor. Dampak tsunami akan lebih parah lagi, jika ada ikutan longsoran di dasar laut.
Adapun tsunami 1992 yang dimaksud terjadi pada 12 Desember. Tsunami menyebabkan kerusakan parah di Flores Timur. Korban meninggal lebih dari 2.500 orang.
Sementara pemodelan untuk sumber gempa selatan NTT, yakni zona megathrust Sumba, jika berkekuatan M8,5 maka kawasan Sumba, Labuan Bajo, Manggarai, Sabu, Rote, Kupang bisa diterjang tsunami di atas 3 meter. Dari pemetaan, tsunami bisa menjangkau hingga 500 meter dari bibir pantai dengan tinggi gelombang 3-6 meter di Desa Tiwatobi Larantuka, Flores Timur. Waktu tiba diperkirakan 3 menit setelah gempa.
Kejadian gempa dari sumbernya di selatan seperti pada 1977 lalu. Saat itu subduksi dari megathrust Sumba memicu gempa berkekuatan 8,3 yang menimbulkan korban jiwa 158 dan lebih dari 1.000 orang hilang.
"Masyarakat di sekitar sini harus diedukasi dengan evakuasi mandiri," kata Daryono sambil menambahkan, "Tidak bisa menunggu warning (peringatan) BMKG, karena baru akan ke luar setelah 5 menit berdasarkan hasil pemodelan di daerah yang kami petakan ini." Masyarakat diimbau jika merasakan gempa kuat saat berada di pantai maka harus segera menjauh.
Selain sumber gempa tektonik, Daryono juga menjelaskan sumber gempa karena gunung api aktif. Juga, profil pantai di NTT yang curam juga rawan longsoran hingga dapat memicu tsunami. Selain yang terjadi akhir tahun lalu, tsunami karena longsoran diduga terjadi pada 1979 di Waiteba menyebabkan 539 orang meninggal dan 364 hilang. Termasuk yang terjadi pada 12 Desember 1992.
Baca juga:
Jasa Sadap WhatsApp Berujung Pemerasan, Pengamat Bongkar Teknik dan Modusnya