TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 752 dokter umum dan spesialis di Indonesia telah meninggal karena Covid-19. Mereka tersebar dari 29 provinsi, dengan data terkini sebanyak lima dokter yang meninggal sepanjang tahun ini, yakni periode Januari-Maret.
Data dari Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia menunjukkan sebanyak 252 dokter meninggal pada tahun pertama pandemi, 2020. Tahun kedua, 2021, lebih banyak lagi, mencapai 495 dokter meninggal karena Covid-19. Sedangkan untuk tahun ini, setelah Maret masih belum tercatat dokter meninggal karena sebab yang sama.
"Kami mengimbau rekan sejawat dokter dan dokter spesialis tetap menjalankan protokol kesehatan ketat dan mengenakan APD lengkap saat penanganan kasus Covid,” kata Eka Mulyana dari Bidang Advokasi Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia dalam paparan IDI yang diberikan daring, Selasa 21 Juni 2022.
Eka meminta kepada para tenaga medis untuk bersama masyarakat lainnya tetap mewaspadai Covid-19 dan penyakit menular lainnya. Tim Mitigasi IDI mengimbau apabila ada rekan sejawat dokter dan dokter spesialis menemukan gejala Covid-19, ataupun penyakit menular yang sedang menjadi sorotan, segera melaporkannya kepada dinas kesehatan setempat.
Perhatian terhadap penyakit menular lain bukan hanya yang sedang merebak di dunia, seperti hepatitis akut misterius dan cacar monyet. Tapi juga penyakit lainnya yang muncul di musim pancaroba di Indonesia seperti DBD.
"Meski penyakit seperti cacar monyet masih belum ditemukan kasusnya di Indonesia namun kita harus tetap meningkatkan kewaspadaan supaya jangan sampai menjadi outbreak atau Kejadian Luar Biasa di negeri ini," kata Agus Dwi Susanto, Ketua Bidang Penanganan Penyakit Menular IDI.
Rekomendasi dari IDI terkait pencegahan Covid-19 dan penyakit menular lainnya adalah tetap pakai masker di ruang terbuka dan ruang tertutup. Kegiatan tracing and testing diharapkan kembali ditingkatkan. Aturan PCR negatif untuk pelaku perjalanan kembali diberlakukan.
IDI juga mengimbau para pemangku kebijakan seperti gubernur dan bupati untuk melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi booster. Cakupan vaksinasi anak juga perlu ditingkatkan terutama menjelang pembelajaran tatap muka 100 persen di tahun ajaran baru sekolah bulan depan.
Baca juga:
Edisi Akhir Tahun Tempo: Para Pejuang Vaksin di Lapangan