TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi Covid-19 masih berlangsung hingga saat ini. Pemerintah kembali melakukan penyesuaian aturan pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Kebijakan itu diatur dalam penyesuaian keenam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi , Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan.
Pada penyesuaian kali ini, penyelenggaraan PTM dilaksanakan berdasarkan level Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang ditetapkan pemerintah pusat melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri terbaru dan capaian vaksinasi dosis lengkap (2 dosis). Untuk cakupan vaksinasi dihitung pada kalangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta masyarakat lanjut usia di wilayah itu.
Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan Muhammad Hasbi mengatakan bagi sekolah yang daerahnya sudah boleh melaksanakan PTM 100 persen, terdapat beberapa kesiapan yang perlu dilakukan oleh sekolah, seperti menyediakan fasilitas cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, toilet yang bersih, kantin yg sesuai dengan anjuran SKB 4 Menteri.
Selain itu, dalam pelaksanaan PTM 100 persen, sekolah harus menerapkan protokol kesehatan, termasuk memakai masker saat melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Satgas Covid sekolah rajin membersihkan kelas dengan disinfektan. Hal itu tentunya menjadi indikator untuk memastikan bahwa sekolah itu siap memenuhi protokol kesehatan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka 100 persen.
”Terkait kesiapan melaksanakan PTM 100 persen, saya menghimbau agar orang tua dan sekolah memastikan anak-anak diperiksa kelengkapan vaksinasinya,” kata Hasbi seperti dilansir di laman resmi Direktorat Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan pada Senin, 11 Juli 2022.
Selain melakukan penyesuaian aturan pelaksanaan PTM, dalam menekan terjadinya learning loss, Kementerian meluncurkan Kurikulum Merdeka yang merupakan penyederhanaan dari Kurikulum 2013. “Jadi Kurikulum Merdeka ini merupakan upaya untuk menghadapi rendahnya kualitas pendidikan di masa yang lampau, dan juga sebagai solusi atas tantangan dunia pendidikan akibat pandemi Covid-19,” ujar Hasbi.
PTM Metode Terbaik Pendidikan
Hasbi mengatakan bahwa sampai saat ini pembelajaran tatap muka masih merupakan metode terbaik dalam proses pendidikan. Oleh karenanya manfaatkan kesempatan PTM 100 persen ini dengan memastikan edukasi peserta didik terhadap protokol kesehatan, baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Karena protokol kesehatan masih menjadi hal yang sangat penting karena pandemi belum berakhir.
Selanjutnya harus pastikan vaksinasi tidak hanya bagi guru dan tenaga kependidikan, tapi juga bagi anak, orang tua, lansia yang ada di keluarga, dan bagi masyarakat secara umum. “Vaksinasi ini akan sangat membantu untuk mengurangi resiko atau dampak virus Covid-19, dan akan membantu mempertahankan PTM 100 persen. Sekali lagi vaksinasi untuk seluruh ekosistem pendidikan menjadi hal yang penting untuk mensukseskan PTM 100 persen,” tegasnya.
Kemudian yang ketiga, hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi PTM 100 persen adalah kesiapan orang tua dan kesiapan sekolah dalam pengenalan lingkungan sekolah. PTM pada tahun ajaran baru ini merupakan transisi peserta didik dari jenjang PAUD ke SD dan seterusnya.
“Mari kita usahakan agar ini menjadi ajang yang edukatif, ajang yang bisa terhindar dari tiga dosa besar pendidikan yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Ini juga menjadi pesan penting bagi kita semua agar bisa mengimplementasikannya di keluarga, sekolah maupun di masyarakat,” katanya.
Kekhawatiran Orang Tua dan Anak yang Antusias PTM
Kumalasari Onggobawono, Kepala Divisi Pendidikan BPK Penabur Jakarta mengatakan dalam proses adaptasi PTM 100 persen, ada kendala seperti orang tua khawatir anaknya terpapar. Kendala lainnya ada beberapa anak tertentu yang mengalami komorbid yang tidak terkontrol, sehingga mereka tidak bisa menerima vaksin dan memutuskan sekolah dari rumah.
“Menghadapi hal-hal seperti ini, karena BPK Penabur Jakarta meliputi 79 sekolah dari jenjang TK sampai SLTA termasuk SPK, jadi ketika kami memang tidak bisa datang secara on-site otomatis kami harus menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan mereka untuk belajar dari rumah. Salah satunya melalui sistem hybrid,” tuturnya.
Adapun Anggie Anggraini Tri Saptari, perwakilan orang tua murid sekaligus Guru SMAN 11 Bandung menceritakan anaknya yang mau memasuki kelas 2 sekolah dasar sangat antusias untuk mengikuti PTM 100 persen.
“Karena ketika murid khususnya jenjang SD menjalankan sekolah hybrid banyak kendala yang dihadapi. Seperti guru yang kurang fokus mengajar karena membagi antara kelas dan di rumah, dan gangguan lainnya. Jadi ketika PTM 100 persen diterapkan kembali, anak-anak antusias,” imbuh Anggie.
Baca juga: Kisah Riska, Anak TKI Malaysia Raih Beasiswa S1 di British Columbia