TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Louisiana John Bel Edwards mengumumkan kolaborasi antara dua raksasa minyak dan gas, ExxonMobil dan EnLink Midstream, dengan produsen amonia terkemuka CF Industries pada pekan ini. Ketiga perusahaan akan berusaha menangkap sebanyak 2 juta ton emisi karbon dioksida (carbon capture) setiap tahun, mengangkutnya lalu menguburnya di bawah tanah.
Edwards menganggapnya sebagai langkah besar untuk mencapai tujuan negara bagian itu: bebas dari emisi gas rumah kaca pada 2050. Hal tersebut lantaran Louisiana bergulat dengan berbagai konsekuensi perubahan iklim, mulai dari kehilangan daratan yang dipicu naiknya permukaan laut dan badai yang semakin kuat yang datang setiap tahunnya.
Namun, sebagian kalangan menilai carbon capture adalah cara yang salah untuk mencegah lebih banyak bencana yang dipicu oleh dampak perubahan iklim tersebut. “Proyek seperti ini malah menjadi kendaraan untuk greenwash dalam skala besar,” kata Carroll Muffett, Presiden dan CEO dari Pusat Hukum Lingkungan Internasional, sebuah institusi nirlaba.
Dengan proyek carbon capture, menurut Muffett, perusahaan memungkinkan terus menjadi pencemar atau sumber emisi karbon yang serius. "Mereka terus berkontribusi secara signifikan terhadap krisis iklim, namun menampilkan diri kepada publik dan regulator sebagai bagian dari solusi,” katanya.
Pabrik amonia CF Industries yang merupakan sumber emisi gas rumah kaca terbesar dari industri di Louisiana berencana melakukan investasi senilai $198,5 juta (sekitar Rp 3 triliun) untuk memasang peralatan tangkap karbon di fasilitasnya di Donaldsonville. Perkiraannya, bisa menangkap hingga 2 juta metrik ton emisi CO2 per tahun, menjadikannya proyek carbon capture terbesar di negara itu.
"Angka tersebut setara dengan mengganti sekitar 700 ribu mobil bertenaga bensin dengan kendaraan listrik,” bunyi siaran pers CF Industries.
Tetapi CO2 yang ditangkap itu hanyalah sebagian kecil dari sekitar 10 juta metrik ton emisi CO2 yang diproduksi dari fasilitas Donaldsonville sepanjang 2019. Sebagai ilustrasi, CF Industries memompa lebih dari 50 persen lebih banyak daripada sumber emisi terbesar kedua, yakni kilang Baton Rouge ExxonMobil.
CF Industries menggunakan gas alam untuk memproduksi amonia, yang merupakan komponen utama pupuk industri. Pupuk sintetis seperti ini sering diabaikan sebagai sumber emisi gas rumah kaca yang signifikan, yang bertanggung jawab atas emisi global yang sama banyaknya dengan yang dihasilkan dari industri penerbangan.
Menurut laporan yang diterbitkan organisasi Muffett awal bulan ini, industri bahan bakar fosil dan pupuk kimia bekerja sama untuk mendapatkan manfaat dari subsidi publik untuk solusi iklim yang diakui, seperti carbon capture. Kerja sama mencakup menangkap emisi CO2 dari fasilitas Donaldsonville CF Industries, menyalurkannya melalui jaringan pipa EnLink Midstream sejauh sekitar 100 mil menuju "lokasi penyimpanan geologis yang aman seluas 125 ribu hektare" milik ExxonMobil di Vermilion Parish.
Proyek carbon capture ExxonMobil yang akan menyimpan karbon ribuan meter di bawah dasar laut. Foto: Exxonmobil
Tetapi pemipaan CO2 melintasi jarak jauh terbukti telah menimbulkan masalah keamanan. Satu pipa yang membawa CO2 pekat pecah dan mengirim puluhan penduduk Saartia, Mississippi, ke rumah sakit karena sesak napas pada 2020.
Namun demikian, anggota parlemen AS telah mengalokasikan miliaran dolar dalam pendanaan federal dan kredit pajak untuk infrastruktur penangkapan karbon atas nama aksi iklim. Adapun proyek tangkap karbon CF Industries sebagai proyek Louisiana baru dijadwalkan dimulai pada 2025.
“Kami siap menawarkan layanan yang sama kepada pelanggan industri besar lainnya di negara bagian Louisiana dan di seluruh dunia,” kata Dan Ammann, Presiden ExxonMobil Low Carbon Solutions. “Kami didorong oleh momentum yang kami lihat untuk membangun proyek semacam ini.” ucapnya.
ZAHRANI JATI HIDAYAH (THE VERGE, GOV.LOUSIANA)