TEMPO.CO, Jakarta - Spotify merilis fitur video podcast, yang ditujukan untuk para podcaster agar terus dekat dengan pendengar setianya. Adapun, perilisan fitur ini dilakukan ke-180 pasar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sesuai dengan namanya, video podcast memungkinkan podcaster untuk memposting video podcast mereka ke dalam platform.
Dengan begini, maka para pendengarnya juga akan dapat melihat video saat podcast itu sedang dilakukan. Hal ini menjadi salah satu langkah strategis Spotify untuk bisa unggul di pasaran. Sehingga, seiring berkembangnya fitur ini, para podcaster bisa mengunggah audio dan video di Spotify. Baik pengguna Spotify gratisan maupun premium sama-sama bisa menikmati podcast versi audio dan video.
Spotify mengatakan pengguna bisa mengubah video podcast menjadi audio secara mulus. Pengguna juga bisa melakukan multitasking tanpa harus memberhentikan podcast yang tengah didengarkan. Sejauh ini, sejumlah episode milik podcaster dalam negeri, seperti Do You See What I See, Teman Tidur, Kita dan Waktu, BKR Brothers, Rintik Sedu serta Box2Box Football sudah dilengkapi dengan video podcast yang bisa dinikmati.
Baca juga: Cara Video Call 32 Orang di WhatsApp Sekaligus tanpa Simpan Kontak
“Bahkan, nantinya ketika fitur ini telah bisa digunakan secara massal, diharapkan dapat membantu para pemilik usaha kecil menengah dalam mempromosikan produk mereka hingga bisa memengaruhi kinerja penjualan,” jelas Gautam Talwar, Spotify’s General Manager, Asia Pacific dalam gelaran All Ears Spotify's Podcast Summit di The Kasablanka Hall pada Rabu, 16 November 2022.
Sejalan dengan pernyataan Gautam, Carl Zuzarte selaku Spotify’s Head of Studios, SEA menyebutkan bahwa Spotify sangat terbuka untuk semua kalangan, utamanya para pebisnis. “Dengan algoritma yang telah kami rancang, kami berharap para podcaster dapat punya niche audience tersendiri. MSMEs sangat bisa turut andil dalam menciptakan konten yang bervariasi. Selamat berkreasi,” katanya.
Fitur Monetisasi Podcast
Ketika disinggung soal fitur monetisasi, Carl Zuzarte mengatakan bahwa tak menutup kemungkinan fitur monetisasi akan segara di aktifkan di Indonesia. "Kami rasa pasar Indonesia sudah siap terhadap pembaharuan itu. Kami memang punya rencana akan hal tersebut, namun waktunya belum bisa kami sebutkan," ujarnya pada Bisnis.
Carl pun mengonfirmasi temuan Bisnis, bahwa untuk saat ini wilayah yang baru bisa memonetisasi hasil podcast yang dibuat ialah Amerika Serikat.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.