TEMPO.CO, Bandung - Sehari setelah penetapan status Awas, Gunung Semeru terekam masih sempat melepaskan awan panas, meski tidak semasif kemarin. Awan panas guguran hari ini jangkauannya satu dan tujuh kilometer ke arah tenggara.
"Erupsi-erupsi kecil masih tinggi. Suplai magma masih terjadi. Dinamika di titik erupsi di permukaan masih tinggi,” kata Koordinator Gunung Api di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Oktory Prambadadia, saat ditemui di kantornya, Senin 5 Desember 2022.
Oktory menerangkan, erupsi dan awan panas guguran adalah dua mekanisme yang berbeda. Erupsi disebutnya selalu terjadi hampir setiap saat di Gunung Semeru. Seperti yang belakangan terjadi, PVMBG mencatat 10-40 kali per hari atau bahkan bisa setiap 15 menit.
Baca juga: Erupsi Gunung Semeru, Begini Jepang Memantau Dampak di Wilayahnya
“Konsekuensi dari erupsi itu adalah penumpukan material. Dan penumpukan material ketika sudah tidak seimbang akhirnya roboh atau longsor yang dikenal sebagai awan panas guguran,” kata Oktory.
Oktory mengatakan, awan panas pada hari ini terpantau terjadi sekali pada periode pukul 00.00 hingga 06.00 WIB yang jangkauannya satu kilometer. Setelah itu awan panas terekam pada pukul 12, mencapai jarak 7 kilometer. Sebagai pembanding awan panas guguran pada Minggu mencapai 13 kilometer.
Luncuran Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, Minggu, 4 Desember 2022. Kolom abu yang teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah tenggara dan selatan setinggi kurang lebih 1.500 meter di atas puncak. ANTARA FOTO/Dok BNPB
"Artinya material yang terakumulasi selama ini dilongsorkan kemarin, dan sebagian besar sudah dilongsorkan dalam bentuk awan panas. Tinggal beberapa jumlah lagi yang belum turun,” tutur Oktory.
Adapun erupsi hari ini dicatat sudah 28 kali berupa erupsi kecil dengan ketinggian abu vulkanik 700 meter. Oktory berharap masyarakat benar-benar mematuhi rekomendasi Badan Geologi untuk mengantisipasi ancaman bahaya letusan Gunung Semeru.
“Kami minta simpel saja, patuhi peta KRB (Kajian Risiko Bencana) ini ketika aktivitasnya (Semeru) masih tinggi. Artinya tidak beraktivitas di zona merah,” kata dia merujuk, antara lain, radius 8 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan 17 kilometer sepanjang Besuk Kobokan dari puncak di sektor tenggara.
Oktory juga mengatakan kalau semua peralatan yang dipasang untupengamatan aktivitas Gunung Semeru hingga kini masih aktif. Kecuali satu CCTV yang memang berada di jalur lintasan awan panas guguran. “Kami memasang 4 CCTV sebelum kejadian, itu tiga bulan lalu,” kata dia.
Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan mengatakan, aktivitas Gunung Semeru cenderung mereda sejak Minggu, pukul 13.30 WIB. Awan panas hari ini disebutnya kecil saja, dan "Lahar dingin tidak terlalu besar selama lebih kurang 2 jam."
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.