Kejadian TB diawali dengan masuknya kuman patogen TB. Oleh sistem imun pada sebagian besar host akan meresponsnya secara berkecukupan, membatasi pertumbuhan bakteri, dan mencegah terjadinya infeksi. Tidak semua orang yang terpajan patogen TB akan berkembang memberikan gejala alias terinfeksi penyakit TB.
Menurut Bobby, sekitar 30 persen orang yang terpajan kuman TB akan terinfeksi, sementara 70 persen tidak terinfeksi. Dari pasien yang terinfeksi TB, sekitar 5 persennya akan berkembang menjadi TB aktif dalam setahun pertama infeksi dan 95 persen mengalami infeksi TB laten.
"Setelah satu tahun, sekitar 3-5 pesen pasien dengan TB laten akan berkembang menjadi TB aktif dan sisanya akan tetap memiliki TB laten sepanjang hidup," katanya. Beberapa studi menunjukkan bahwa sekitar 5-10 persen orang dengan ILTB akan berkembang menjadi TB aktif dalam 5 tahun pertama sejak pertama kali terinfeksi.
Orang dengan ILTB biasanya memiliki hasil pemeriksaan rontgen thorax normal serta hasil pemeriksaan dahak tes cepat molekuler (TCM) negatif. "Tetapi, apabila dilakukan tuberculin skin test (TST) atau pemeriksaan interferon gamma-release assay (IGRA), hasilnya akan positif."
Diagnosis dan pengobatan ILTB merupakan salah satu strategi WHO untuk mengontrol dan mengeliminasi TB. Hasil pemodelan yang dilakukan Dye et al. pada 2013 menunjukkan target End TB Strategy 2035 hanya dapat tercapai dengan mengkombinasikan upaya pengobatan TB aktif secara efektif dan upaya pencegahan TB dengan pemberian terapi pencegahan TB (TPT) pada kasus ILTB tersebut.
Sebuah review yang dilakukan terhadap panduan pengobatan juga menemukan bahwa pengobatan ILTB dapat mengurangi risiko reaktivasi sekitar 60-90 persen.
Salah satu permasalahan untuk dapat mendeteksi infeksi TB laten adalah tentang alat diagnostik yang akurat tetapi terjangkau oleh masyarakat. Saat ini TST dan IGRA belum memenuhi persyaratan seperti itu.
"TST memang cenderung lebih murah tetapi akurasinya rendah terutama pada kelompok imunokompromi atau orang dengan sistem imun yang terganggu, sedangkan IGRA akurasinya lebih baik tetapi harganya mahal," katanya. Harga yang mahal ini mengakibatkan masyarakat enggan untuk memeriksakan diri, akibatnya banyak masyarakat yang memiliki infeksi TB Laten tidak terobati.
Upaya untuk mendapatkan alat diagnostik yang akurat telah dilakukan yaitu dengan melakukan penelitian guna mendapatkan biomarker infeksi TB laten yang lebih baik daripada IGRA. “Melalui sitokin dan kemokin ini, semoga yang selama ini buat tes mahal, diharapkan bisa lebih murah dan efektif,” tuturnya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.