TEMPO.CO, Jakarta - Banjir bandang menerjang wilayah Cianjur, Cugenang, Cilaku dan sekitarnya di Jawa Barat pada Senin sore, 20 Maret 2023, hingga malam membuat warga harus dievakuasi ke tempat yang aman. Akun resmi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur menyebutkan adanya hujan deras selama dua jam memicu terjadinya banjir bandang.
Peritiwa banjir bandang itu terjadi menjelang fenomena equinox 21 Maret. Equinox adalah salah satu fenomena astronomi di mana Matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September.
Ida Pramuwardani, Sub Koordinator Bidang Prediksi Cuaca BMKG, mengatakan hujan lebat yang terjadi di wilayah Cianjur tidak berkaitan dengan equinox, namun dipengaruhi oleh kondisi labilitas atmosfer di wilayah Jawa Barat bagian selatan yang mendukung proses konvektif yang kuat di wilayah tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Cianjur dan sekitarnya.
“Fenomena equinox tidak berdampak pada pengumpulan awan yang berujung ke hujan lebat, karena pertumbuhan awan secara umum dipengaruhi oleh angin, tekanan udara, kelembaban udara dan labilitas atmosfer di suatu wilayah,” ujar Ida, Selasa, 21 Maret 2023.
Senada dengan BMKG, Didi Satiadi, peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melihat terjadi konvergensi angin dan pertumbuhan awan hampir di seluruh Pulau Jawa, termasuk daerah Cianjur, berdasarkan citra Satelit Himawari-8 pada 20 Maret 2023 pukul 17.00 WIB di atas wilayah Pulau Jawa.
“Secara umum angin bertiup dari arah timur. Pada siang/sore hari, daratan biasanya lebih panas dari lautan, sehingga angin bertiup dari laut ke darat, yang dikenal sebagai angin laut (sea breeze),” ujar Didi, Selasa.
Menurutnya, Sea Breeze cenderung membelokkan angin timuran tersebut ke arah daratan, sehingga terbentuk konvergensi angin di sepanjang Pulau Jawa. Konvergensi angin tersebut membawa banyak uap air baik dari Samudra Hindia maupun Laut Jawa, sehingga mendorong pertumbuhan awan di atas Pulau Jawa.
Ia juga menjelaskan adanya konvergensi angin dan pertumbuhan awan cumulonimbus yang sangat cepat juga terjadi di atas daerah Cianjur terutama sekitar jam 16-18 WIB, yang menghasilkan hujan yang sangat lebat dan dapat mengakibatkan terjadinya banjir bandang.
Hujan dengan intensitas tinggi dan terjadi dengan cepat akan lebih sulit untuk diserap oleh lingkungan sehingga dapat menimbulkan banjir bandang. “Kejadian banjir bandang tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas hujan, tetapi juga bergantung dari kemampuan lingkungan dalam menyerap limpasan air,” jelasnya.
Dia mengatakan pada saat ini posisi semu Matahari berada di sekitar garis khatulistiwa. Wilayah Pulau Jawa umumnya memasuki masa peralihan musim atau dikenal sebagai masa pancaroba. Dalam masa pancaroba, angin monsun dari Asia dan Australia akan bertemu dan cenderung melemah.
Adanya turbulensi dan pemanasan lokal akan lebih dominan, yang dapat mendorong terjadinya proses konveksi lokal, pertumbuhan awan cumulonimbus, hujan deras, yang dapat disertai dengan terjadinya puting beliung, angin kencang (gust front), hujan es, dan petir. “Warga diharapkan lebih waspada terhadap potensi cuaca buruk pada masa pancaroba dengan memperbaiki kualitas lingkungan serta selalu mengikuti informasi cuaca dari BMKG,” kata Didi.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.