TEMPO.CO, Jakarta - Tak mau ketinggalan dari Observatorium Bosscha di Lembang, Planetarium dan Observatorium Jakarta juga menyatakan menyiapkan sejumlah besar kacamata untuk pengamatan Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023. Kalau di Bosscha akan dibagikan gratis sebanyak 3 ribu kacamata, di Planetarium Jakarta disiapkan setidaknya seribu plus peta bintang.
“Kita juga berusaha mencari mitra untuk menambah lagi kacamata,” kata Kepala Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Verony Sembiring, dalam ‘Talkshow dan Konferensi Pers Gerhana Matahari Hibrida’ di Gedung Teater Jakarta, TIM, Kamis 6 April 2023.
Ia menyebutkan warga yang beruntung mendapatkan kacamata gratis diprioritaskan kepada yang mendaftar online untuk kegiatan pengamatan bersama nanti. Tim Planetarium m Jakarta akan melakukan pengamatan gerhana matahari di tiga lokasi yaitu Biak, Jakarta tepatnya di Taman Ismail Marzuki, dan Anyer.
Jika di Biak mendapatkan fenomena Gerhana Matahari Total, maka di tempat lain berupa gerhana parsial. Khusus Jakarta akan kebagian matahari yang tertutup bayang-bayang Bulan sebanyak 39 persen dengan total waktu 2 jam 37 menit. Awal gerhana terjadi ada pukul 09:29:24 WIB, puncak gerhana terjadi pada pukul 10:45:19 WIB, dan berakhir pukul 12:06:36 WIB.
Fenomena Gerhana Matahari Hibrida
Gerhana matahari terjadi ketika Bulan melintas di antara Matahari dan Bumi sehingga cahaya Matahari terhalang sebagian atau seluruhnya oleh piringan Bulan. Terdapat beberapa jenis gerhana matahari, yaitu gerhana matahari total, gerhana matahari cincin, gerhana matahari parsial, dan gerhana matahari hibrida.
Gerhana matahari hibrida terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana ada daerah yang mengalami gerhana matahari total dan ada pula yang mengalami gerhana matahari cincin tergantung dari lokasi pengamat. Kejadian tersebut disebabkan oleh kelengkungan Bumi.
Terjadinya gerhana disertai pula oleh peristiwa pasang surut laut maksimum akibat letak Matahari, Bulan, dan Bumi yang praktis segaris. Selain itu perilaku makhluk hidup yang berubah, seperti hewan malam (nokturnal) pun terpengaruh atau berlaku sebaliknya, makhluk siang seketika bersembunyi saat siang cerah mendadak gelap seperti malam.
Cara Mengamati Gerhana Matahari
Perlu dicatat, jangan sekali-kali melihat langsung ke arah Matahari ataupun fenomena yang menyertainya seperti gerhana matahari. Jika menggunakan peranti optis seperti binokuler atau teleskop harus disertai dengan filter khusus matahari (solar filter). Pengamatan tanpa filter matahari dapat membuat gangguan kesehatan mata secara serius, bahkan pada taraf tertentu dapat menyebabkan kebutaan. Alternatif pengamatan gerhana selain menggunakan filter matahari, dapat juga melalui metode proyeksi lubang jarum (pin hole).
Untuk talkshow, Planetarium Jakarta menghadirkan dua pembicara yaitu Kepala Observatorium Bosscha ITB, Premana W. Premadi, dan Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN, Emanuel Sungging Mumpuni. Selain itu hadir pula Iwan Henry Wardhana, Kepala Dinas Kebudayaan DKI. Premadi Premana membawakan topik "Mengapa Harus Mengamati Gerhana Matahari Hibrida?", sedang Emanuel dengan materi “Peran Gerhana Matahari Hibrida dalam Penelitian Antariksa.”